Mbah Lindu menghembuskan napas terakhir pada Minggu (12/7). Mbah Lindu punya kisah panjang, ia bahkan sudah berjualan sejak zaman penjajahan Belanda.
Mbah Lindu sudah jadi salah satu sosok ikonik penjual gudeg di Yogyakarta. Bukan sekadar penjual gudeg, Mbah Lindu bahkan dikategorikan sebagai pelestari budaya sekaligus pejuang karena sudah menjaga kuliner tradisional Indonesia.
Di usia tua, wanita sederhana ini masih terus meracik dan menjajakan gudeg buatannya. Mbah Lindu bahkan masih menjual gudeg hingga akhir hayat. Banyak yang kepincut dengan sensasi rasa gudeg buatan Mbah Lindu, para pelancong yang datang ke Jogja pun banyak yang menjadikan gudeg Mbah Lindu sebagai tujuan wisata kuliner.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika menilik sejarahnya, Mbah Lindu sudah puluhan tahun berjualan gudeg. Ia bahkan mulai berjualan sejak usianya masih sangat belia yakni 13 tahun. Saat itu Indonesia belum merdeka dan masih di bawah penjajahan Belanda.
Berikut beberapa fakta dan sejarah gudeg Mbah Lindu.
1. Berjualan sejak usia belia
![]() |
Mbah Lindu memiliki nama asli Biyem Setyo Utama. Perempuan sederhana ini mulai berjualan gudeg sejak usianya 13 tahun. Saat itu Mbah Lindu belum berjualan sendiri, melainkan ikut menemani kerabatnya berjualan.
Lambat laun ia memiliki kemampuan untuk meracik gudeg sendiri dan mulai berani berjualan. Saat itu tidak mudah berjualan gudeg karena masih zaman penjajahan. Mbah Lindu pernah bercerita kala itu Indonesia belum merdeka alias masih di bawah penjajahan Belanda dan Jepang.
Mbah Lindu paham betul betapa sulitnya berjualan di masa penjajahan. Bukan hanya sulit menjajakan gudeg, Mbah Lindu juga jadi saksi betapa kejamnya masa penjajahan. Kendati demikian Mbah Lindu tetap semangat mengolah dan menjajakan gudeg racikan tangannya.
Baca juga : Mbah Lindu Meninggal, 80 Tahun Meracik dan Menjual Gudeg
2. Menjual gudeg dengan uang sen
![]() |
Mbah Lindu meninggal di usia 100 tahun. Perjalanan panjangnya menjadi 'pejuang' gudeg dilalui dalam beberapa zaman dan sudah dimulai sejak 1940-an. Kamu mungkin pernah membeli gudeg menggunakan uang rupiah, tapi faktanya dahulu gudeg Mbah Lindu dibeli dengan uang sen.
Di masa penjajahan memang belum ada rupiah, mata uang yang berlaku saatbitu adalah benggol dan sen. Mbah Lindu menjual gudegnya dengan uang sen. Satu sen bisa mendapatkan lima bungkus nasi gudeg. Sejak zaman dulu, gudeg Mbah Lindu sudah jadi favorit.
Kini seporsi gudeg Mbah Lindu dibanderol dengan harga Rp 15.000-Rp 20.000. Cita rasa gudeg racikan Mbah Lindu tidak berubah karena diracik oleh Mbah Lindu sendiri. Rasanya makin autentik karena Mbah Lindu memasak dengan cara tradisional menggunakan tungku batu dan kayu bakar.
3. Penjual gudeg tertua di Jogja
![]() |
Sebelum meninggal, Mbah Lindu dinobatkan sebagai penjual gudeg tertua di Jogja. Di usia 90 tahunan, Mbah Lindu masih aktif berjualan meskipun terkadang kondisi kesehatannya menurun. Setiap hari putri Mbah Lindu membantu berjualan.
Puluhan tahun berjualan gudeg, Mbah Lindu tetap mempertahankan gaya berjualannya yang sederhana. Lapak jualan Mbah Lindu tak lain hanyalah area kecil tempat Mbah Lindu menaruh bakul-bakul bambu dan panci berisi gudeg.
Setiap pagi, Mbah Lindu berjualan di kawasan Sosrowijayan mulai pukul 05.00-10.00. Para pemburu gudeg Mbah Lindu datang dari berbagai kalangan mulai anak muda hingga orang tua. Banyak juga wisatawan yang rela antre demi mencicipi gudeg Mbah Lindu.
4. Jenis gudeg basah
![]() |
Mencari penjual gudeg di Jogja bukanlah hal sulit. Tapi setiap penjual gudeg memiliki ciri khas khusus. Racikan Mbah Lindu termasuk jenis gudeg basah yang masih mengandung air atau dalam bahasa jawa dikenal dengan sebutan nyemek.
Menu yang ditawarkan Mbah Lindu terbilang sederhana. Ia menyajikan nasi gudeg yang dilengkapi krecek serta opor. Menunya sederhana namun rasanya ngangeni. Bumbu yang royal dan proses pemasakan yang tradisional membuat gudeg Mbah Lindu punya rasa yang mantap.
Gagrak manis gurih sangat mendominasi rasa gudeg, sementara sensasi pedas bisa didapatkan dari krecek. Mbah Lindu juga menambahkan cabai rawit bagi yang suka pedas. Gaya melayani ala Mbah Lindu juga jadi keunikan. Mbah Lindu mencampur aneka lauk ini langsung dengan tangannya.
Baca juga : Mbah Lindu Meninggal Jadi Trending Twitter, Banyak Netizen Berduka
5. Masuk dalam serial Netflix
![]() |
Lewat serial Street Food, Netflix mengangkat keanekaragaman kuliner kaki lima di beberapa kota di dunia, salah satunya Yogyakarta. Dalam episode Street Food Indonesia, gudeg Mbah Lindu jadi pilihan.
Serial ini menampilkan keunikan gudeg racikan Mbah Lindu. Proses pemasakan tradisional yang dilakukan selama hampir satu abad menjadi daya tarik dalam serial ini. Perjuangan Mbah Lindu dalam mempertahankan resep gudeg juga jadi hal yang diangkat dalam serial ini.
Mbah Lindu tutup usia di umur tepat 100 tahun. Perempuan kelahiran 31 Desember 1920 ini sudah menorehkan banyak kenangan bagi banyak foodies.
(dvs/odi)