Kebersamaan merupakan hal yang ditekankan dalam perayaan lebaran Idul Fitri. Ada banyak cara untuk memiliki momen kebersamaan tersebut. Seperti yang ada pada tradisi masyarakat Palu.
Setiap Idul Fitri mereka pasti menjalankan tradisi mandura. Sebuah tradisi yang dilakukan dengan mengarak makanan khas Palu yang bernama mandura. Setelah diarak makanan tersebut kemudian dapat dimakan.
Nah, cara mendapatkan mandura itulah yang menjadi keunikan tersendiri. Selain unik, tradisi mandura juga sarat akan makna. Berikut 5 fakta menarik tentang tradisi mandura di Palu.
1. Apa Itu Mandura
Foto: istimewa
|
1. Apa Itu Mandura
Mandura merupakan makanan khas Palu, Sulawesi Tengah biasa disajikan saat hari raya Idul Fitri. Mandura sudah ada di Palu sejak abad ke-18. Mandura terbuat dari bahan dasar ketan, baik ketan putih maupun ketan hitam.
Ketan tersebut kemudian dibentuk bulat pipih. Kemudian disusun dari pulut hitam, merah dan pulut putih hingga sampai empat susun. Setelah itu mandura dibungkus dengan daun pisang dan diikat dengan daun kelapa dililitkan.
Mandura tidak hanya sekadar dikonsumsi saat lebaran saja, tetapi juga menjadi bagian penting dari tradisi arak-arakan lebaran di Palu disebut dengan tradisi lebaran mandura.
2. Untuk Melestarikan Budaya
Foto: istimewa
|
2. Untuk Melestarikan Budaya
Tradisi mandura dilakukan oleh masyarakat Palu, Sulawesi Tengah khususnya bagi warga di kelurahan Kampung Baru, kecamatan Palu Barat. Saat merayakan hari raya Idul Fitri biasanya mereka memiliki dua agenda.
Pertama ada Festival Kampung Baru Fair dan yang kedua ada lebaran mandura itu sendiri. Selain untuk memeriahkan hari raya Idul Fitri, tradisi mandura juga memiliki tujuan secara umum.
Tujuan tersebut adalah untuk melestarikan tradisi dan budaya masyarakat kota Palu, khususnya warga kelurahan Kampung Baru. Dengan eratnya tali persaudaraan sesama masyarakat, tradisi ini akan tetap lestari.
Baca Juga : Tradisi Makan Bersama di 5 Daerah Saat Lebaran
3. Tradisi Lebaran Mandura
Foto: istimewa
|
3. Tradisi Lebaran Mandura
Sesuai dengan namanya, tradisi lebaran mandura melibatkan makanan khas Palu sebagai ikon dari tradisi tersebut. Dalam tradisi ini, masyarakat akan menyiapkan ratusan mandura untuk disusun membentuk piramida.
Selain itu juga diberi tandu untuk dapat diangkat dan diarak. Tradisi mandura ini biasa dilakukan sepekan setelah lebaran Idul Fitri. Mandura yang sudah disusun membentuk piramida itu kemudian diarak beramai-ramai.
Biasanya dilakukan mulai dari masjid, melewati jalanan dengan diiringi tabuhan rebana dan pawai obor. Hingga akhirnya berhenti di satu titik. Nah, bagian inilah yang menjadi daya tarik dari tradisi mandura.
4. Daya Tarik Tradisi Mandura
Foto: istimewa
|
4. Daya Tarik Tradisi Mandura
Daya tarik dari tradisi mandura ini ada pada cara mengonsumsinya. Setelah diarak hingga ke satu titik, ratusan warga mulai dari orang tua hingga anak-anak mulai berebut mandura yang tersusun rapi.
Aksi berebut mandura ini juga merupakan bagian dari tradisi lebaran mandura dan menjadi daya tarik tersendiri. Mandura yang berhasil diambil nantinya akan dikonsumsi oleh warga yang dapat di rumah masing-masing.
Menjadi tradisi saat lebaran, tentu saja lebaran mandura memiliki simbol dan makna tertentu. Filosofi tradisi mandura itulah yang tetap dipegang oleh masyarakat Palu, Sulawesi Tengah.
5. Filosofi Tradisi Mandura
Foto: istimewa
|
5. Filosofi Tradisi Mandura
Sudah ada sejak abad ke-18, makanan mandura dijadikan simbol peringatan. Selain itu kata 'mandura' juga memiliki makna tertentu. 'Mandura' diambil dari tiga kata yaitu 'Man' artinya manusia, 'du' artinya dunia dan 'ra' artinya fitrah.
Jadi, makna tradisi mandura adalah manusia kembali ke fitrah setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan lamanya. Diadakannya tradisi mandura ini juga memiliki tujuan, yaitu untuk memperkuat umat dan mempererat tali silaturahmi.
Selain itu tiga warna ketan seperti putih, hitam dan merah juga memiliki makna tersendiri. Putih sebagai lambang kesucian, hitam sebagai lambang keadilan, sementara merah sebagai lambang keberanian. Mandura diyakini bisa tahan hingga 6 bulan.
Baca Juga : Semarak Lebaran dengan Tradisi Kuliner di Berbagai Daerah di Indonesia
Halaman 2 dari 6