Bikin Haru! Ini 5 Kisah Para Difabel yang Tetap Semangat Berjualan Makanan

Bikin Haru! Ini 5 Kisah Para Difabel yang Tetap Semangat Berjualan Makanan

Riska Fitria - detikFood
Rabu, 18 Sep 2019 19:30 WIB
Bikin Haru! Ini 5 Kisah Para Difabel yang Tetap Semangat Berjualan Makanan
Foto: detikcom
Jakarta - Beberapa kisah penyandang disabilitas ini bikin haru. Meskipun mereka mengalami keterbatasan fisik, mereka tetap semangat menjalani hidup dengan berjualan makanan.

Memiliki keterbatasan fisik bukan berarti tidak bisa melakukan apa-apa. Seperti beberapa kisah difabel ini yang masih semangat menjalani hidup. Mulai dari tunanetra hingga yang tanpa lengan.

Mereka menjalani hidup dengan berjualan makanan seperti kerupuk, tape, bubur, camilan dan kopi dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Semangatnya tersebut yang patut diacungi jempol.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan ada yang sudah sukses dan dapat memperkerjakan orang lain. Berikut ini 5 kisah para difabel penjual makanan yang bikin haru.

1. Tunenetra Penjual Camilan

Foto : Twitter @azaleapute
1. Tunenetra Penjual Camilan

Adalah Gilang seorang tunanetra yang juga sebagai mahasiswa di salah satu kampus di Yogyakarta. Meski memiliki keterbatasan, ia tetap semangat menjalani rutinitas kegiatannya seperti berkuliah. Selain berkuliah, Gilang juga menghabiskan waktunya dengan berjualan berbagai aneka camilan. Camilannya ada berupa keripik singkong, kerupuk, kacang dan masih banyak lagi.

Ia berjualan setiap hari di saat jadwal kuliahnya sedang renggang. Tak jauh-jauh, ia berjualan di sekitar kampus. Barang dagangannya tersebut ditaruh dalam keranjang berwarna oren kemudian diikat dan dikaitkan di punggungnya. Ia berjualan sambil menggunakan tongkat untuk menuntun arah jalannya. Kisah ini diceritakan oleh salah satu akun twitter bernama @azaleapute.

Dalam tweet yang diunggah pada (4/9) Azalea menceritakan bahwa saat itu ia bertemu dengan Gilang di GOR Keblengan, Yogyakarta. Kemudian ia membeli dagangannya tersebut dan mengajak Gilang mengobrol sebentar. Melihat kondisinya yang tidak sempurna, netizen ini langsung terpukul dengan semangatnya menjalani hidup. Tweet tersebut langsung viral dan mendapat berbagai tanggapan dari netizen lainnya.

2. Tunanetra Penjual Kerupuk

Foto : Ekanurseptia
2. Tunanetra Penjual Kerupuk

Di daerah Kuningan, Jakarta Selatan tepatnya di kawasan Epicentrum sering terlihat sepasang suami istri yang berjualan kerupuk. Pasangan tersebut bernama Nunung dan Jono. Setumpuk kerupuk dibawanya sambil berjalan kesana kemari dengan alat bantu tongkat sebagai penuntunnya. Ya, sepasang suami istri tersebut memiliki keterbatasan dalam penglihatannya.

Setiap hari mereka selalu berjualan bersama. Saat siang hari mereka berjualan menyusuri gang-gang pemukiman masyarakat. Jika sore hari tiba hingga menjelang malam, mereka berjualan di bilangan Epicentrum dekat Mall Plaza Festival. Terkadang mereka berjualan sambil duduk di bangku-bangku yang tersedia di daerah sana. Biasanya mereka juga membawa anak perempuannya yang masih kecil.

Dalam keadaan yang tidak dapat melihat, mereka mengaku berjualan dengan rasa ikhlas apabila ada pembeli yang tidak jujur ketika memberinya uang. Mereka tetap bersemangat berjualan dari siang hingga malam meski sering ada orang yang mengejeknya. Bahkan mereka jadikan ini sebagai motivasi hidup.

Baca Juga : Hebat! Pelayan Robot di Kafe Ini Dikendalikan oleh Para Difabel

3. Penjual Tape Tangan Lengan

Foto: Istimewa
3. Penjual Tape Tangan Lengan

Semangat lelaki asal Medan ini perlu ditiru. Pasalnya tanpa kedua lengan ia tetap gigih berjualan tape. Lelaki tersebut bernama Sugeng, seorang warga Ladang Lumbu di Medan. Ia dikenal sebagai penjual tape ubi dan ketan hitam di desanya. Setiap hari ia berjualan dengan berkeliling menggunakan motor. Motornya tersebut didesain pada bagian stangnya agar lengannya yang pendek tersebut dapat menggapai dan dapat mengendalikan setirnya.

Meski keadannya seperti ini, Sugeng mengaku tidak akan pernah menyerah dan menyesali nasibnya. Menurut Sugeng apa yang ia lakukan ini sangat mulia dari pada menjadi pengemis yang mengandalkan belas kasih karena ketidaksempurnaan tubuhnya. Sugeng sudah menjadi penjual tape keliling sejak 15 tahun yang lalu.

Harga yang ditawarkan untuk sajiannya juga sangat terjangkau. Untuk ketan hitam dibanderol sekitar Rp. 1.000 sementara untuk tape ubi dibanderol sekitar Rp. 2.000. Tape-tape tersebut dibuat sendiri oleh ibunya di rumah. Rasanya yang manis sering jadi kegemaran anak-anak sampai ibu-ibu di sekitaran perumahan dekat desanya.

4. Difabel Penjual Kopi

Foto : detikcom
4. Difabel Penjual Kopi

Tak jauh berbeda, lelaki ini juga tidak memiliki kedua lengan. Kedua lengannya tersebut harus diamputasi akibat tersetrum kabel dengan tegangan tinggi saat membantu mengerjakan proyek pembangunan masjid di dekat kediamannya di Anyer. Ia bernama Heri Kusuma yang kini berprofesi sebagai penjual kopi. Heri berjualan tepat di depan rumahnya dengan menggunakan etalase.

Karena keadaan Heri yang tidak memungkinkan, maka Heri menerapkan konsep SMS atau Sudi Melayani Sendiri. Jadi setiap pelanggan yang datang harus melayani diri mereka sendiri. Tak hanya kopi, Heri juga menawarkan aneka minuman lainnya seperti es, minuman ringan dan rokok. Semangat bekerja ini dilakukan demi menghidupi Ayah dan Ibunya yang sudah tua dan terkena stroke.

Setiap hari penghasilan yang diterima olehnya sekitar Rp. 70.000 - Rp. 100.000. Menurutnya penghasilan yang tak banyak itu cukup untuk keperluannya dan orang tuanya. Ia tetap semangat berjualan meski tanpa kedua lengan, karena ia masih memiliki cita-cita tinggi. Suatu saat ia ingin memiliki modal untuk membuka kios yang lebih besar lagi. Sehingga dapat memenuhi kebutuhannya.

5. Difabel Penjual Bubur

Foto: Istimewa
5. Difabel Penjual Bubur

Penjual bubur yang satu ini juga mengalami keterbatasan fisik. Ia tidak hanya memiliki satu lengan kirinya saja. Penjual bubur ini bernama Kholidin atau yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Bang Udin. Setiap hari ia berjualan di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Ia memiliki kisah pilu tentang tangan kanannya yang harus diamputasi. Itu karena pada 2017 lalu ia terjatuh dari pohon kelapa setinggi 9 meter.

Sejak saat itu, ia sempat putus asa. Namun, berkat dukungan keluarga dan teman-temannya ia berani bangkit untuk meneruskan hidup. Bahkan kini ia sudah sukses berjualan bubur. Sekarang ia juga memiliki cabang lain yang bertempat di kawasan Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Tak hanya itu, ia juga karyawan sebanyak 5 orang untuk membantunya ketika berjualan.

Kisah Bang Udin ini bisa menjadi motivasi yang lain. Bahwa meskipun hidup dalam keterbatasan fisik, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menjadi berhasil. Yang terpenting adalah semangat menjalani hidup apapun yang terjadi. Karena menurut Bang Udin itu akan membuahkan hasil yang berarti.

Baca Juga : Inspiratif! Pengusaha Kafe Ini Pekerjakan Difabel Sebagai Barista hingga Kasir

Halaman 2 dari 6
(raf/odi)

Hide Ads