Meskipun sama-sama hitam, hasil seduhan kopi selalu punya rasa yang beda. Di Aceh Kopi diseduh dengan cara tradisional, memakai saringan berbentuk memanjang seperti kaos kaki. Kemudian juga memakai ceret berisi air mendidih.
Baca Juga: Solong, Warkop Legendaris Tempat Nongkrong Paling Populer di Aceh
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saringan kopi ini diangkat tinggi-tinggi agar asap kopi ditiup angin. Kalau masih ada asap rasa kopi agak asam," kata seorang peracik kopi di Kuta Alam, Banda Aceh, Zainuddin kepada detikcom, Kamis (16/8/2018).
Menurutnya, proses pembuatan kopi sebenarnya tidak terlalu rumit. Namun cara penyaringan yang dilakukan setiap barista juga mempengaruhi rasa kopi. Meski sama bubuk, tapi beda saring bakal beda rasa enaknya. Untuk bubuk sendiri, ia mengganti setelah membuat 15 gelas kopi.
![]() |
Kopi yang baru diganti bubuk pun, tidak langsung dituangkan ke dalam gelas. Tapi setelah disaring tujuh hingga 10 kali, kopi kembali ditaruh ke atas kompor sekitar satu menit. Tujuannya, biar rasa kopi padu. Setelah itu, disaring ulang baru dituangkan ke dalam gelas. Kopi pun siap disajikan ke pelanggan.
Rahasia lain yang membuat cita rasa kopi Aceh berbeda yaitu dari bubuk. Olahan bubuk dari biji kopi juga punya peran penting terhadap citarasa. Beda warung kopi di Banda Aceh, beda olahan bubuk yang dipakai. Meski demikian, ada juga beberapa warkop yang membeli bubuk dari kedai kopi yang sudah duluan kesohor.
![]() |
"Jadi kopi ini meski bubuk sama tapi beda orang saring beda rasanya. Saringan yang dipakai juga menentukan cita rasa kopi," jelas pria yang akrab disapa Jay tersebut.
Baca Juga: Bu Guri dan Kopi Jadi Menu Sarapan Favorit di Aceh
(sob/odi)