Sebuah penelitian mengungkap kalau musik tidak hanya bisa memperbaiki mood. Tetapi juga mempengaruhi makanan yang akan dipesan.
Penelitian itu menyimpulkan kalau saat mendengar musik yang keras, orang cenderung memesan makanan yang kurang sehat seperti burger. Tapi ketika lagu yang diputar lebih lembut, orang cenderung memesan makanan sehat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Penelitian mengenai efek volume musik dengan perilaku manusia ini dilakukan oleh Dr Dipayan Biswas dari University of South Florida, AS. Ia menemukan kalau tempo musik yang cepat dan bervolume besar meningkatkan kadar stres. Sehingga dalam keadaan seperti itu, orang cenderung memilih makanan berminyak seperti burger dan kentang goreng lapor Daily Mail (24/5).
Dr Biswas juga percaya kalau penelitian ini bisa digunakan untuk memanipulasi pola beli orang. Ia menuturkan, "Restoran dan supermarket bisa menggunakan strategi musik untuk mempengaruhi perilaku belanja konsumen."
![]() |
Sebagai bayangan, intensitas suara 55 dB sama seperti suara obrolan atau suara yang dikeluarkan pendingin udara. Sedangkan intensitas suara 70 dB hampir sama seperti suara vacuum cleaner.
Menu yang dijual di sana dibagi dalam tiga kategori, sehat, kurang sehat, dan seimbang. Penelitian ini dilakukan selama beberapa hari. Hasilnya, lebih dari 20 persen pengunjung membeli makanan kurang sehat saat musik bervolume keras diputar. Sebaliknya, saat diputar musik bertempo lambat justru pengunjung memilih menu makanan sehat.
![]() |
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Professor Sven-Olov Daunfeldt dari HUI Research, Swedia, sistem musik tersebut meningkatkan daya beli pelanggan sebanyak 10 persen.
"Jika dilakukan dengan benar, musik bisa memberi pengaruh positif pada penjualan, sebagian besar dari pengunjung yang membeli menu lain seperti makanan penutup dan makanan pendamping," ungkapnya.
Baca juga: Musik Bikin Makanan Terasa Lebih Enak, Ini Trik yang Bisa Dilakukan Restoran (dwa/odi)