Karakteristik fisik daun teh Jepang berbeda dari teh China karena ukuran daunnya lebih kecil-kecil. Berasal dari Camellia Sinensis var Sinensis yang memang cocok untuk daerah subtropis.
![]() |
Menurut pakar teh, Ratna Somantri, Jepang adalah satu-satunya negara yang punya pemandangan kebun teh rapih. Ia juga menjelaskan teh di Jepang berawal dari Periode Nara (710-794). Kala itu teh diperkenalkan orang China ke Jepang dalam bentuk bubuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hampir 100% produk teh Jepang merupakan jenis teh hijau. Daerah utama perkebunan teh ada di Kagoshima, Shizuoka dan Uji (Kyoto). Daerah lainnya seperti Saitama, Ureshino, Gokane dan Wakayama.
Salah satu teh hijau Jepang yang jarang ditemui adalah Kamairicha. Jenis teh hijau ini berasal dari Kyushu dan hanya 5% dari produksi di Jepang. Bisa ditemui di Ureshino dan Gokase. Selain Kamairicha, ada juga teh hijau Kabusecha dari Wakayama dan Tamaryokucha asal Ureshino.
![]() |
Sementara matcha atau teh hijau bubuk asli Jepang juga berbeda. Teh ini secara tradisional dipakai untuk upacara minum teh. Warna teh lebih hijau karena budidaya dengan double shading yang membuatnya tinggi klorofil.
Matcha biasanya dikenal berbentuk bubuk. Jarang yang melihat bentuk daun kering matcha yaitu tencha. Tencha inilah yang digiling jadi matcha. Pada prosesnya, tulang daun dipisahkan terlebih dahulu dengan mesin.
Baca Juga: Tampilannya Seperti Air Putih, Minuman Ini Ternyata Punya Rasa Teh Susu!
![]() |
"Nanti hasil pemisahan daun ada tulang-tulang kecil. Sisa matcha ini bisa dibuat jadi houjicha," kata Ratna. Mengenai prosesnya, pengolahan matcha terbilang lama karena perlu disimpan.
Untuk mengolah matcha Jepang, Ratna menjelaskan bisa diseduh dengan air panas bersuhu 70 derajat Celsius. Chasen (pengaduk berbahan bambu) dipakai untuk mengaduk teh selama 30 detik.
"Matcha untuk upacara punya rasa pahit tapi ada umami. Ketika diaduk dengan air tidak berbuih. Kalau yang untuk masak lebih pahit tapi nggak ada umami," pungkas Ratna.
(adr/odi)