Mi ayam buatan Bu Parti di Dusun Jagalan, Desa Rejoso dikatakan sebagai mi ayam pertama di Klaten. Belakangan kisahnya viral di media sosial karena menunjukkan perbedaan harga yang ditawarkan.
Warung Bu Parti sendiri berlokasi jauh dari pusat keramaian. Dari kota Klaten, jaraknya sekitar 15 kilometer.
Setelah melewati Stasiun Srowot, masih harus ke selatan sekitar satu kilometer. Tiba di gang di ujung dusun, belok lagi ke kiri, dan masuk kiri lagi di sebuah jalan kampung sempit.
Warung Bu Parti lebih mirip rumah biasa dibandingkan sebutan warung. Di teras rumah sebuah gerobak mi ayam warna biru diletakkan dan di sisi teras lain ada kursi dan meja kayu sederhana.
Tidak ada papan nama atau plang di sepanjang jalan atau di depan warung. Pintu rumah dari pagi sampai sore juga selalu tertutup tapi ada selembar kertas bertuliskan Warung Mi Ayam Bu Parti dan nomor ponsel.
"Memang bukanya mulai jam 16.00 WIB, kadang sampai pukul 18.00 tapi kadang sampai pukul 19.00 WIB. Banyak pesanan lewat HP anak saya," ungkap Parti (52), pemilik warung kepada wartawan di rumahnya, Kamis (11/5/2023).
Parti menceritakan, warung mi ayam keluarganya dirintis sejak tahun 1986 oleh suaminya, Muryoto. Disebutnya saat tahun itu belum ada warung mi ayam di sekitar Klaten.
"Belum ada warung mi ayam (di Klaten). Suami saya kalau beli bahan saja ke Jakarta waktu dulu, kalau mi godok di sini banyak jadi ya yang pertama di Klaten," kata Parti dengan bahasa Jawa dan Indonesia campuran.
Menurut Parti, sampai saat ini warungnya semakin ramai. Kadang sampai menggelar tikar di sekitar rumah karena sehari menjual sampai 75-100 mangkuk.
"Sehari ya rata-rata 75, kadang sampai 100 mangkuk kalau banyak pesanan. Ya hanya segitu porsinya karena tenaga dan waktunya terbatas sebab bahan mi kita buat sendiri," ujar Parti.
Suami Parti, Muryoto menceritakan dirinya setelah lulus SMP tidak sekolah dan merantau ke Jakarta tahun 1983. Di Jakarta ikut jualan mi ayam sampai tahun 1986.
"Ikut orang kerja jual mi ayam, terus saya pulang tahun 1986 jual mi ayam di Gondangan, dekat stasiun. Jualan di teras dengan harga Rp 100 per mangkuk, sampai sekarang Rp 8.000," jelas Muryoto kepada wartawan di rumahnya.
Ternyata, sambung Muryoto, usahanya berjualan mi ayam berkembang pesat. Dalam sehari ia bisa menjual 50-100 mangkuk. Saat itu sempat pindah lokasi sekitar empat kali karena masih bujangan.
"Saya masih bujangan, terus berjualan sampai sekarang. Pindah warung sampai empat kali ini jadi pelanggan sekitar sini banyak," lanjut Muryoto.
Baca selengkapnya DI SINI.
Simak Video "Gaya Nyentrik Penjual Mi Ayam, Pake Outfit ala Anak Punk"
(dfl/adr)