Di Cirebon, empal gentong yang umum dikenal adalah buatan Mang Darma. Tapi tahukah kamu kalau ada Empal Gentong Bu Darma yang tak kalah legendaris dan spesial? Apa bedanya ya?
Empal gentong jadi kuliner yang wajib dicicipi saat singgah ke Kota Udang. Kuliner inipun tak dilewatkan tim d'foodspot saat singgah di Cirebon.
Biasanya orang-orang memilih mampir makan Empal Gentong Mang Darma, namun kami tertarik mampir ke Empal Gentong Bu Darma. Sepintas namanya sama, tapi sebutan "Mang" dan Bu" membedakan keduanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empal Gentong Bu Darma direkomendasikan mendiang Bondan Winarno dalam buku 100 Mak Nyus Jalur Mudik yang ditulisnya bersama Lidia Tanod dan Harry Nazarudin.
Kepada tim d'foodspot (10/4), ibu Neng yang merupakan generasi kedua pemilik rumah makan ini mengungkap bedanya Empal Gentong Mang Darma dan Empal Gentong Bu Darma. Ternyata ada pada usaha anak-anak milik istri pertama dan kedua.
![]() |
"Tahun 1950an, Mang Darma jual empal gentong pakai pikulan. Empal gentong tuh makanan khas Plered. Kakek saat itu membawa pikulan sambil jalan kaki, lalu dapat banyak langganan di Krucuk," kata ibu Neng.
Usaha ini kemudian dilanjutkan oleh anak dan cucu Mang Darma. Anak dan cucu dari istri pertama yang bernama ibu Asimah, menggunakan nama "Empal Gentong Mang Darma" sebagai nama usahanya.
Lalu setelah istri pertama meninggal, Mang Darma menikah dengan istri kedua bernama ibu Satirah. "Untuk membedakan usaha empal gentong dengan anak-anak dari istri pertama, usaha yang dari istri kedua ini diberi nama "Empal Gentong Bu Darma"," lanjut ibu Neng.
Ia pun menegaskan kalau kedua tempat makan ini beda manajemen. Lokasi Empal Gentong Bu Darma juga berbeda yaitu di Jalan Diponegoro Nomor 21. "Dulu sempat di Krucuk juga, tapi pindah ke sini tahun 2012," kata ibu Neng.
Empal gentong masih dimasak di gentong dengan kayu bakar
![]() |
Pemandangan gentong atau periuk tanah liat untuk memasak empal gentong bisa dilihat di depan rumah makan. Sehari-hari, ibu Neng atau pegawai lain akan terlihat duduk di depan gentong untuk meracik pesanan.
Di dalamnya terlihat banyak potongan daging dan jeroan sapi sedang direbus untuk memperkuat cita rasa kaldu. "Daging sapi semua masuk, termasuk yang ada uratnya, kepala juga," kata ibu Neng.
Hidangan gulai bersantan yang tidak pedas ini bisa dipesan isiannya. Ada yang daging saja atau dengan campuran jeroan seperti usus, babat, paru, dan lidah sapi.
Empal gentong di sini harum aromanya karena masih dimasak di tungku kayu bakar. "Keistimewaan empal gentong di sini itu direbusnya masih pakai kayu bakar dari pohon asem. Itu pengaruh ke aroma," kata ibu Neng.
Ia juga menegaskan kalau empal gentong di tempatnya punya resep dengan takaran yang jelas sehingga tak beda-beda rasanya. Kuahnya memiliki kekentalan yang pas, begitupun dengan jejak gurihnya yang lembut.
Bagi yang suka rasa gurih atau asin lebih kuat bisa menambahkan sendiri garam di meja. Lalu ada taburan cabe kering yang merupakan 'sambal' khas untuk empal gentong.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Isian daging dan jeroan yang empuk
![]() |
Di dalam seporsi empal gentong (Rp 23 ribu) berisi banyak potongan daging dan jeroan sapi berseling irisan kucai. Tekstur dagingnya empuk dan tak amis sama sekali.
Dalam sehari kini, ibu Neng mengatakan bisa menghabiskan 60 kilogram daging sapi untuk membuat empal gentong. Jumlah ini bakal lebih banyak saat musim liburan ataupun mudik lebaran nanti.
Supaya makin enak, empal gentong bisa diracik dengan taburan cabe kering yang merupakan 'sambal' khas empal gentong. Ada juga kerupuk rambak atau kerupuk kulit yang menyempurnakan cita rasanya.
Selain empal gentong, Empal Gentong Bu Darma juga menyediakan menu khas Cirebon lain yaitu nasi lengko dan sate kambing. Tempat makan ini bisa disambangi mulai pukul 07.30-21.00.
dβfoodspot Review
Ulasan lengkap rekomendasitempat makan untukmu