4 Alasan Ini Buat Masyarakat Malas Makan Ikan Kaleng, Apa Solusinya?

ADVERTISEMENT

4 Alasan Ini Buat Masyarakat Malas Makan Ikan Kaleng, Apa Solusinya?

Danica Adhitiawarman - detikFood
Kamis, 26 Jan 2023 16:55 WIB
Heinz ABC
Foto: Erika Dyah/detikcom
Jakarta -

Masyarakat yang mengonsumsi ikan masih terbilang rendah di Indonesia. Hal ini tercatat dalam data BPS di mana konsumsi mencapai 55,37 kg/kapita pada 2021. Angka itu tumbuh 1,48% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 54,56 kg/kapita.

Selain daging segar, ikan dalam kemasan kaleng juga menjadi makanan yang umum dikonsumsi masyarakat. Namun, ada saja berbagai persepsi negatif terhadap ikan kemasan kaleng sehingga membuat orang malas mengonsumsinya.

"Jadi hanya 4 dari 10 orang yang di Indonesia yang sudah mengonsumsi ikan dalam kaleng karena banyak faktor," ujar Marketing Manager Kraft Heinz ABC, Diana Riaya, dalam talkshow 'Sarden ABC Bumbu Serundeng Siap Goreng' di Jakarta, Kamis (26/1/2023).

Alasan pertama masyarakat untuk tidak mengonsumsi ikan kaleng, di antaranya karena menganggap kandungan gizi pada ikan berkurang ketika dikemas dalam kaleng. Konsumen berpendapat, ikan yang lebih segar dan langsung dimasak akan memiliki lebih banyak nutrisi.

Selanjutnya, Diana menjelaskan adanya persepsi di masyarakat terkait 'nasties' atau kandungan seperti pengawet, pewarna buatan, dan pemanis buatan dalam ikan kaleng. Hal ini yang dipercaya masyarakat akan membuat ikan kaleng justru kurang sehat ketika dikonsumsi secara terus menerus.

Ketiga, lanjut Diana, rasa amis pada ikan kurang disukai sejumlah masyarakat. Ikan yang dikemas dalam kaleng pun dianggap demikian oleh masyarakat.

"Yang ketiga tadi udah disebutkan ya, rasa amis. Ikan memang secara natural rasanya amis ya. Cuma memang beberapa orang yang kurang menyukai ikan tadi juga jadinya belum mau mencoba untuk makan ikan kaleng karena udah cenderung di persepsinya 'kok baunya amis?' seperti itu," jelasnya.

Terakhir, sebagian masyarakat kurang menyukai tekstur ikan kaleng yang cenderung lembek. Produk ikan kaleng yang banyak dijumpai di pasaran adalah ikan sarden yang dilengkapi dengan saus, sehingga hal ini membuat tekstur ikan menjadi lembek.

"Jadi kalau teman-teman sering coba sarden itu, biasanya ada saus tomatnya, saus chillinya. Nah, itu yang membuat jadi soggy. Soggy itu artinya agak lembek gitu teksturnya. Itu yang kurang disukai juga oleh masyarakat," ucapnya.

Oleh sebab itu, Diana menegaskan pihaknya mulai berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kini, sudah hadir produk sarden dengan varian rasa baru agar konsumen bisa menikmati sarden dengan rasa yang berbeda dari biasanya, yakni Sarden ABC siap goreng bumbu serundeng.

"Kita yang pertama menciptakan sarden yang digoreng. Pertama di Indonesia. Kami sebagai produsen sarden, kami yang terdepan secara inovasi. Kami juga menjawab persepsi masyarakat soal makan ikan kaleng," ungkapnya.

Selain itu, sarden ini dibuat agar tidak lembek karena dikhususkan untuk digoreng. Rasanya pun tidak amis karena menggunakan bumbu yang segar.

"Bicara serundeng, ini juga menarik. Karena serundeng itu salah satu jenis masakan yang sudah dikenal oleh masyarakat kita dan jadi menu harian di rumah. Ini kita buat dari bahan alami yang segar. Ada kunyit, lengkuas, dan bawang yang kita ambil dari bahan-bahan alami," ucapnya.

Sarden ABC siap goreng bumbu serundeng ini juga tidak mengandung 'nasties', yakni tidak menggunakan pengawet, pewarna dan pemanis buatan. Sebab, bahan-bahan tersebut tidak dibutuhkan dalam proses pembuatan produk ikan kaleng ini.

Kemudian, nutrisi sarden ABC ini memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, sehingga konsumen tidak perlu khawatir kekurangan nutrisi.

"Kandungannya 'Nutrisea'-nya lengkap, mulai dari omega 3 & 6, protein, DHA, kalsium dan fosfor, hingga vitamin D, D3, dan B12. Ini nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita," ujarnya.

(akn/ega)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT