Nasi Liwet Wongso Lemu seolah menjadi salah satu identitas kuliner Solo. Warung makan yang ada di Jalan Teuku Umar, Keprabon ini tidak pernah sepi pengunjung.
Nasi liwet ini sudah ada sejak tahun 1950-an. Resep yang terjaga secara turun temurun membuat para pelanggan tidak pernah bosan untuk mampir.
Darisini (47) yang merupakan generasi keempat pemilik nasi liwet Wongso Lemu menceritakan kalau nama Wongso Lemu bukanlah nama dari penjual pertama, melainkan nama anaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang berjualan pertama itu namanya mbah Karyo, kalau mbah Wongso itu anaknya. Karena posturnya gemuk, pelanggan memanggilnya mbah Wongso Lemu," cerita Darsini kepada detikcom.
![]() |
Darsini memaparkan, Nasi Liwet Bu Wongso lemu selalu menjaga kualitas makanannya. Dari pemilihan beras, penggunaan santan, hingga pemilihan ayam Jawa.
"Jadi semuanya nomor satu, berasnya juga dipilih yang terbaik. Gurihnya itu dari santan perasan pertama, kemudian sayurnya juga menggunakan labu siam dan bukan pepaya muda karena rasanya akan berbeda," urainya.
Begitu pula areh atau santan kental yang dipakai juga perasan santan pertama yang dimasak dengan bumbu tersendiri. Kemudian untuk pelengkapnya ada telur areh padat.
![]() |
"Yang seperti tahu itu bukan dari kuning telur melainkan dari putih telur yang dimasak dan dikasih bumbu," ucapnya.
Saat detikcom mencoba Nasi Liwet Bu Wongso Lemu, tercecap rasa gurih enak pada suapan pertama nasi. Teksturnya juga lembut dan memanjakan lidah.
Areh yang dicampurkan di atas suwiran ayam Jawa menambah rasa gurih nasi liwet. Lanjut di bagian sayurnya, labu siam yang dimasak menggunakan resep rahasia dicampur dengan jahe emprit menghadirkan rasa yang khas.
Tidak terlalu pedas, tetapi menambah lengkap sensasi makan nasi liwet. Suwiran ayam Jawa juga terasa begitu lembut saat digigit. Cara memasak ayam Jawa yang begitu sempurna membuat dagingnya terasa lembut dan tidak alot (kenyal).
![]() |
"Dulu sebelum pandemi setiap harinya bisa menghabiskan beras sampai 30 kilogram, lalu ayam 40 ekor. Kalau sekarang ya agak menurun, tapi ya tetap disyukuri," kata Darsini.
Untuk harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau, mulai dari Rp 10 ribu untuk nasi putih hingga Rp 34 ribu untuk menu yang lengkap.
"Harganya tergantung dengan lauknya, kalau pakai suwiran saja Rp 15 ribu, pakai suwiran dan telur setengah Rp 18 ribu dan kalau yang pakai ayam bagian dada atau paha atas Rp 34 ribu," ungkapnya.
Ditanya soal omzet, Darsini enggan memberitahu. "Kalau omzet seharinya ya mas hitung sendiri saja ya," pungkas Darsini.
(yms/adr)