Kuliner di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah ini cukup berbeda dan jarang ditemui. Kuliner ini adalah nasi aking berbungkus daun jati yang rasanya sedap mantap!
Untuk menikmati nasi aking daun jati tidak susah. Lokasi warungnya berada di depan kantor Persatuan Perusahaan Rokok Kudus (PPRK) Jalan Veteran Glantengan Kecamatan Kota.
Warung nasi aking ini cukup sederhana. Pemilik warung berjualan dengan menggunakan kendaraan roda tiga. Terlihat ada dua orang yang melayani pembeli nasi aking.
Warung nasi aking daun jati setiap hari buka mulai pukul 05.30 WIB sampai habis. Setiap pagi pun diburu para pembeli untuk menikmati nasi aking.
Penjual nasi aking, Amida Ulfah Fauziah (26) mengatakan bahwa nasi aking daun jati berbeda dengan nasi pada umumnya. Terutama cara pemasakan nasi aking yang membutuhkan waktu cukup lama.
"Itu nasi semalam yang dikeringkan dengan terik matahari iya to, terus diolah lagi. Pengolahannya ada proses lama, tidak hanya masak seperti beras umumnya, jadi direndam lama," kata Mida, sapaannya kepada detikcom ditemui di lokasi, Rabu (24/11/2021).
Menurutnya nasi aking daun jati disajikan dengan kuluban ataupun urap. Tak hanya itu nasi aking cocok ditemani dengan berbagai lauk. Pembeli pun bisa memilih lauk yang disukai. Mulai dari jengkol, pedo, hingga telur dadar.
"Lauknya selera ya, jadi campurannya ada urap, itu pakai cabai, kuluban tidak pakai cabai, ada pedo. Lauknya ada tempe gembos, mendoan, dadar, ada jengkol juga," ujar Mida.
Mida beralasan menggunakan daun jati karena menambah kenikmatan rasa nasi aking. Selain itu, daun jati memberikan kesan unik khas Kudus.
"Dibungkus daun jati bisa menambah rasa sedap dan juga daun jati ini memberikan kesan khas Kudus. Biasanya nasi khas Kudus kan dibungkus pakai daun jati dan mudah didapatkan," ungkap Mida.
Untuk menikmati nasi aking pembeli tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Pencinta kuliner hanya mengeluarkan uang Rp 3 ribu sampai Rp 7 ribu. Dalam sehari Mida mengaku menghabiskan 90 porsi nasi aking.
"Harganya beda-beda, komplit urap sama pedo Rp 5 ribu tambah toping beda lagi. Dari Rp 3 ribu sampai Rp 7 ribu," ujar dia.
"Bukanya dari setengah 6 habis tidak tentu, kadang juga ramai kadang juga sepi, sehari ada 90 porsi," sambung dia.
Pembeli nasi aking daun jati ternyata bukan hanya dari Kudus, melainkan juga datang dari berbagai kota luar Kudus. Bahkan ada dari Semarang.
"Yang beli dari luar kota, dari Bandengan memang sengaja ke sini terus dari daerah Undaan, Demak juga ada," jelasnya.
Mida mengaku berjualan nasi aking daun jati sudah dua tahun. Dia berjualan nasi aking karena dulu ibunya suka nasi aking. Mida pun memilih berjualan nasi aking daun jati.
"Dulu itu ibu punya diabetes, jadi memang disarankan makan nasi jagung, nasi beras merah tidak suka. Sukanya nasi aking ya berawal dari situ," kata Mida.
"Lumayan sudah dua tahun. Jadi ini ada cabangnya PPRK sama Proliman. Ini milik keluarga," ucapnya.
Salah seorang pembeli, Rifqi mengatakan baru pertama kali menikmati nasi aking daun jati. Menurutnya nasi aking itu rasanya gurih, apalagi terdapat urap dan kuluban.
"Rasanya agak sepoi, tapi sehubungan ada kelapa dan urapnya jadi rasanya gurih," kata Rifqi kepada detikcom di lokasi.
Simak Video "Jogja Coffee Week #3, Pestanya Pencinta Kopi Nusantara"
(adr/adr)