Rendang, salah satu makanan khas Indonesia asal Sumatera Barat ini menjadi favorit banyak orang. Tak hanya di Indonesia, popularitas rendang kini juga telah menyebar hingga ke mancanegara. Olahan daging sapi yang dipadukan dengan bumbu dan rempah khas ini memang mampu menggugah selera.
Rendang umumnya banyak disajikan di restoran Padang. Namun, saat ini sudah banyak tersedia juga rendang dalam bentuk instan, yang lebih praktis dikonsumsi. Salah satunya seperti Rendang Jahat yang diproduksi oleh Eko Wahyu Priyono.
Memiliki nama merek yang unik, Eko mengatakan dirinya ingin memberitahu masyarakat tentang jahatnya mengonsumsi rendang. Meski terasa lezat, Eko menyebut rendang tak boleh dikonsumsi terlalu banyak karena tinggi akan kolesterol. Bahkan, Eko juga selalu mengingatkan konsumennya untuk bijak saat mengonsumsi rendang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pilihan menu rendang merupakan pengembangan menu dari usaha catering kami. Akan tetapi pandemi ini mengubah kami untuk membuat inovasi dari makanan dan terpilihlah rendang menjadi menu yang kita angkat dan jual secara brand sendiri. Kenapa kita memilih brand Rendang Jahat? Karena kita ingin menyampaikan secara jujur tentang masakan rendang itu tinggi kolesterol dan jangan dimakan sering-sering," ujarnya kepada detikcom.
Menariknya, pilihan nama dan konsep yang unik ini membuat rendang milik Eko diminati banyak pembeli, khususnya masyarakat Yogyakarta. Bahkan, Eko mengatakan Rendang Jahat juga menjadi salah satu finalis ajang apresiasi di Indonesia.
"Dari penamaan brand yang unik ini menjadikan kita banyak diminati oleh semua lapisan masyarakat di Yogyakarta dan sekaligus menjadikan kita salah satu finalis Apresiasi Kreasi Indonesia 2021," katanya.
Lebih lanjut Eko menjelaskan capaian ini juga tak lepas dari kualitas produk. Untuk menjaga kualitas, Rendang Jahat selalu menggunakan bahan baku pilihan dan segar. Selain itu, Eko menyebut produknya juga menggunakan 100% daging dari para peternak lokal.
"Hanya bahan baku pilihan dan segar yang kita gunakan untuk menciptakan cita rasa Rendang Jahat yang khas. Peternak sapi lokal di Yogyakarta menjadi mitra kami serta RPH yang sudah bersertifikat halal menjadi pilihan kami," ungkapnya.
Soal produk, Eko mengatakan saat ini Rendang Jahat memiliki dua varian, yakni Rice Bowl Rendang Jahat dan Rendang Jahat instan kemasan 500 gram. Adapun dalam sebulan, Eko bisa menjual hingga 300 pax rice bowl dan 12 pax rendang instan.
"Sebulan pendapatannya sekitar Rp 8 juta dengan penjualan rice bowl rata-rata 300 pax dan, rendang kemasan 500 gr 12 pax," katanya.
Sayangnya, penjualan Rendang Jahat di tengah pandemi ikut mengalami penurunan. Bahkan, saat ini Eko menyebut hanya memiliki satu toko offline saja.
"Sangat berdampak, kita sebelum pandemi punya 4 lapak yang kita sewa di depan Modern Mart. Sekarang tinggal 1 saja yang buka karena waktu PPKM Darurat Kota Yogyakarta sangat sepi mobilitas dan pembatasan aktivitas orang," ungkapnya.
Untuk mengembalikan geliat usahanya, Eko saat ini terus berupaya untuk mendorong pemasaran online. Selain itu, dirinya juga mengikuti program Kembangkan Bisnis Kulinermu dari detikcom dan Kraft Heinz Food Service agar mendapatkan berbagai pengetahuan seputar pengembangan bisnis kuliner.
"Kita giatkan menjadi dari offline menjadi online, serta mengurangi keuntungan kita dari daging rendang kemasan 500 gr untuk kita bagikan ke temen ojek online dengan cara kita bagikan beras 1 kg bagi yang beli Rendang Jahat kemasan 500 gram dan pengantaran menggunakan ojol," jelasnya.
"Kami juga mengikuti program Heinz. Alasannya karena ingin mengenalkan produk kami secara nasional dan ingin mengembangkan varian produk olahan kami dengan Heinz agar kami bisa mendapatkan varian menu baru. Kami berharap brand kami dapat semakin dikenal," tutupnya.
(fhs/odi)