Setiap daerah tentu punya camilan khasnya tersendiri. Seperti Cilacap yang terkenal dengan keripik sukun dan manggleng. Tak hanya unik, kedua camilan tradisional ini juga punya cita rasa yang beda dari camilan lainnya.
Sesuai namanya, keripik sukun merupakan jenis keripik yang terbuat dari buah sukun yang digoreng dan diberi bumbu garam. Sementara manggleng adalah camilan tradisional terbuat dari bahan dasar singkong yang diolah hingga menciptakan cita rasa gurih, renyah, dan pedas.
Karena bahan dasar yang mudah ditemui, hingga kini keduanya masih menjadi camilan favorit warga Cilacap. Bahkan, beberapa warga melakukan inovasi dan menjual camilan ini secara online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilik Jajanan Mamake Sugeng Paijo misalnya, berawal dari gemar ngemil keripik sukun dan manggleng, ia akhirnya menjual camilan ini secara online dengan merek 'MakPingah'. Agar lebih menarik konsumen, Sugeng menghadirkan inovasi lewat rasa dan packaging yang menarik. Sugeng juga melakukan sedikit inovasi varian keripik sukun dengan mengganti bentuknya seperti stik.
"Stik sukun dan manggleng singkong adalah camilan khas dari Cilacap. Camilan ini biasa dibuat oleh ibu saya dan jadi favorit keluarga. Dari situ timbul ide untuk mengembangkan dua cemilan ini dengan sedikit inovasi agar lebih bisa diterima secara luas. Termasuk inovasi rasa yang disesuaikan dengan selera pasar dan packaging yang lebih menarik. Usaha ini dirintis dari tahun 2016 dengan nama usaha Jajanan Mamake dan merk produk MakPingah sampai sekarang," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.
Untuk varian stik sukun, Sugeng hanya menghadirkan rasa original atau asin. Sementara varian manggleng memiliki tiga rasa yaitu, pedas manis, keju, dan barbeque. Selain dua camilan tersebut, Sugeng juga menjual aneka camilan lainnya seperti rengginang, baby fish, dan yutuk crispy.
Dalam satu bulan, Sugeng bercerita bisa menjual hingga 500 bungkus stik sukun dan manggleng. Adapun omzet sebulannya berikisar hingga Rp 7 juta.
"Sebulannya bisa dapat Rp 5-7 juta dari penjualan 300-500 bungkus," katanya.
Selama pandemi, Sugeng juga tak mengalami penurunan omzet. Mengingat sejak awal berbisnis dirinya sudah menerapkan konsep online marketing.
"Dari awal konsep market Jajanan Mamake adalah online marketing dan selama pandemi kami semakin fokus dan lebih intens lagi," ungkapnya.
Selain meningkatkan pemasaran, Sugeng juga terus berupaya mengembangkan bisnisnya dengan ikut program Kembangkan Bisnis Kulinermu dari detikcom x Kraft Heinz Food Service. Ia pun mengaku mendapatkan banyak ilmu baru untuk mengembangkan bisnis Jajanan Mamake ke depannya.
"Kami ingin mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih dalam dunia bisnis kuliner, mengingat kami tidak memiliki background dalam dunia kuliner, serta termasuk masih dini dan blm mempunyai wawasan yang luas dalam dunia bisnis kuliner," katanya.
"Setelah mengikuti program ini, banyak hal baru yang kami dapat dan cukup bermanfaat dalam mengembangkan bisnis kami," tutupnya.
(akn/ega)