Ampyang merupakan camilan khas Magelang yang terbuat dari kacang tanah, jahe, dan gula Jawa. Di tengah pandemi, bisnis ampyang Magelang masih bertahan.
Saat ini pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat tengah berlangsung. Namun hal ini tak mempengaruhi produksi ampyang di Magelang. Produksi ampyang tetap dilakukan salah satunya oleh Sarita Ampyang.
Setiap harinya Sarita Ampyang rata-rata memproduksi 200 bungkus ampyang. Bahkan menjelang Lebaran kemarin, produksi ampyang mencapai sekitar 1 ton.
"Ini sebenarnya usaha ibu mertua. Dulu penjualan ke beberapa toko oleh-oleh, kemudian semenjak pandemi mulai dengan online," kata Ita Sarifah saat ditemui di sela-sela proses produksi di Dusun Paremono, Desa Paremono, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (7/7/2021).
![]() |
Ita menjelaskan, jauh sebelum pandemi, pihaknya sering menyuplai ke sejumlah toko oleh-oleh di kawasan Magelang. Namun saat pandemi, permintaan dari toko oleh-oleh mengalami penurunan. Ia lantas menjual ampyang di pasar-pasar tradisional dan warung-warung. Selain itu, kepada sejumlah reseller.
"Kemarin pas (mulai) pandemi, toko oleh-oleh nggak order. Kalau ada dikit-dikit karena nggak ada perjalanan. Alhamdulillah kita larinya ke reseller online. Terus sama ke pasar tradisional. Kami melihat pandemi ini justru yang survive itu warung-warung kecil, pasar tradisional mereka justru masih jalan," tutur Ita.
Ita menceritakan, menjelang puasa lalu di salah satu pameran sempat dikunjungi Menparekraf Sandiaga Uno. Setelah acara tersebut, Sandi sempat mempromosikan produk Sarita Ampyang melalui akun medsosnya. Pasca di-endorse Sandiaga Uno, diakui Ita, pesanan ampyang berdatangan bahkan saat Lebaran sampai 1 ton ampyang jadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ya ngaruh banget. Pada mencari, 'katanya ampyang Pak Menteri'. Saat Lebaran kemarin satu ton ampyang jadi. Mungkin lebih ya, soale ini nggak ada laporan keuangan, saya lihat chat di pemesanan kacang kok sering WA (whatsapp) ngitungnya dari situ," tuturnya yang menyebut ampyang buatan mereka tak menggunakan pengawet.
Saat Lebaran kemarin pemesan rata-rata membeli dalam hitungan kiloan. Sedangkan pada hari biasanya dibungkus per kemasan seharga Rp 10.000 atau stoples seharga Rp 25.000.
Pada hari biasanya, katanya, sering mengirim menuju kawasan Magelang, Semarang, Kudus dan kota lainnya. Kemudian. Untuk penjualan online menuju Jakarta, Bali dan kota lainnya. Namun karena ada PPKM darurat pengiriman secara langsung menuju Semarang, Kudus ditunda terlebih dahulu.
![]() |
"Ini kita jatah jalan Kudus sama Semarang, masih saya pending dulu (PPKM darurat) jalannya yang deket-deket. Biasanya diantar kesana, sekali kirim 500 pack," ujarnya.
Ia menambahkan, pembuatan ampyang ini masih dilakukan secara manual. Suatu ketika pernah membuat dengan cetakan, namun hasilnya tak lebih baik dari cara manual.
"Iya (manual). Saya pernah nyoba bikin cetakan itu nggak bisa pakai," katanya.
(adr/adr)