Sebuah warung sate dan tongseng di Jakarta Pusat ini sedang viral. Konon, tongseng di sini anti kolesterol dan sudah ada sejak 30 tahun lalu. Seperti apa rasanya?
Tongseng merupakan salah satu hidangan kambing khas Solo, Jawa Tengah yang banyak penggemarnya. Kuah tongseng yang gurih kental paling nikmat jika disantap bersama nasi putih hangat.
Potongan daging kambing yang dimasak dengan bumbu gule Jawa ditambah kol dan tomat, rasanya gurih mlekoh. Ada racikan tongseng unik dijajakan oleh seorang pedagang tongseng di kawasan Cideng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tongseng ini sedang ramai diperbincangkan di media sosial karena memiliki bahan tambahan yang berbeda dengan tongseng di tempat lain. Diberi julukan 'Tongseng Anti Kolesterol' yang disematkan oleh pelanggannya.
Menyambangi Tongseng Pak Kadir (24/10) kami berbincang langsung tentang inovasi tongsengnya pada Pak Kardi. Seperti apa ya lezatnya?
Detail Informasi | |
Nama Tempat Makan | Tongseng Anti Kolesterol Pak Kadir |
Alamat | Jalan Musi No.4, Cideng, Gambir, Jakarta Pusat (Belakang Halte Taman Musi) |
No Telp | 0812-8924-9653 |
Jam Operasional | Setiap hari, 10.00 - 16.00 WIB |
Estimasi Harga | Rp 18.000 - Rp 50.000 |
Tipe Kuliner | Tradisional, Jawa |
Fasilitas |
|
![]() |
Sudah hadir sejak 1992
Berada di belakang sebuah taman dan halte, Tongseng Pak Kadir hanya memanfaatkan jalanan sempit untuk berjualan hingga memasak semua makanan untuk warungnya. Bahkan warung tongseng sederhana yang satu ini sampai harus memanfaatkan area kecil tepat di depan pagar salah satu warga untuk memasak daging-dagingnya.
Walaupun baru viral akhir-akhir ini, Pak Kadir menyebutkan bahwa dirinya berjualan tongseng sudah sejak lama. Warung tongseng yang kini dikelolanya dikatakan peninggalan dari orang tuanya sejak tiga dekade silam.
"Kalau tongseng ini sebenarnya sudah aja sejak lama. Kira-kira tahun 1992 itu bapak saya yang jualan, sampai ditahun 1995 mulai saya yang ambil alih. Saya lanjutkan terus jualan tongseng dan Alhamdulilah bertahan sampai sekarang," kata Pak Kadir kepada detikcom.
Sejak awal Pak Kadir mengatakan bahwa warung tongseng ini tak pernah pindah ke tempat lain. Hanya saja sesekali bergeser sekitar 2 - 5 meter dari tempat berdirinya saat kami sambangi langsung ke Cideng.
"Pindah-pindah juga nggak pernah. Paling geser ke sini (belakang halte Taman Musi) atau ke sana saja (belakang Taman Musi)," lanjut Pak Kadir.
Bahan tambahan inovasi Pak Kadir
![]() |
Pak Kadir menceritakan bahwa julukan 'anti kolesterol' bukan sudah ada sejak awal pembukaan warung. Ketika masih dikelola oleh ayahnya, warung tongseng ini memiliki racikan yang sama dengan warung tongseng lainnya.
Tomat, kol, daging, santan dan rempah-rempahnya tak ada bedanya dengan tongseng di tempat lain. melekatnya nama 'Tongseng Anti Kolesterol' ini disebutkan baru mulai dirintis sekitar 9 tahun silam yang berawal dari keresahan Pak Kadir.
"Sering disebut 'Tongseng Anti Kolesterol' karena kita di sini pakai potongan nanas. Ini juga baru-baru saja, kayaknya sekitar 9 tahun yang lalu. Saya yang memang baru menambahkan, bapak tidak (menambahkan nanas)," kata Pak Kadir.
Penambahan nanas ini bukan seolah-olah tanpa alasan. Pak Kadir menceritakan saat itu dirinya merasa resah karena daging tongsengnya yang tak kunjung empuk.
"Tercetus untuk menggunakan nanas ini awalnya karena saya bingung, kok dagingnya nggak empuk-empuk dan masih alot saja. Akhirnya kita belajar lewat internet, lihat Google dan menemukan kalau nanas bisa membantu mengempukkan daging. Sekaligus nanas juga baik untuk menekan kolesterol, jadi dicoba deh," kata Pak Kadir.
Kenikmatan tongseng kambing ala Pak Kadir ada di halaman selanjutnya.
Tongseng kambing diberi nanas yang jadi andalan
![]() |
Menurut istri Pak Kadir yang ikut melayani pelanggan langsung, Bu Sri, menu yang paling favorit tentunya tongseng kambing. Tanpa pikir panjang kami langsung memesan satu porsi tongseng kambing lengkap dengan nasi putih (Rp 28.000).
Semangkuk penuh tongseng kambing langsung disajikan setelah kira-kira menunggu selama 15 menit. Dalam semangkuk tongsengnya ini terlihat ada isian irisan kol, potongan daging kambing, tomat dan potongan nanas segar.
Kuahnya sangat kental berempah tetapi tidak terlalu pekat di tenggorokan. Jika memesan untuk makan di sini, tongseng akan dibuat tidak pedas dan pelanggan bisa menambahkan langsung sambal yang terbuat dari cabai yang ditumbuk kasar.
Ternyata benar saja, penambahan potongan nanas membuat daging kambing pada tongseng ini terasa empuk dan tidak berbau prengus. Saat mengunyah daging kambingnya pun tidak memerlukan tenaga yang ekstra.
Tak hanya pada kuahnya saja, rempahnya juga begitu meresap ke dalam potongan daging kambingnya. Secara singkat, Bu Sri mengatakan bahwa ada teknik memasak khusus yang dilakukan di warung tongseng ini.
Ternyata daging-daging tongseng akan dimasak dua kali. Pertama daging kambing akan dimasak dengan rempah-rempah untuk mengempukkan dan menghilangkan bau prengus. Kemudian baru oleh Bu Sri ditambahkan bumbu serta potongan nanas ke dalamnya.
Tongseng ayam yang mlekoh
![]() |
Selain daging kambing, Pak Kadir juga menyediakan jenis daging lainnya untuk pelanggan yang tak cocok dengan daging kambing. Ada daging ayam dan daging sapi yang bisa dipesan selain daging kambing di sini.
Kami mencoba tongseng ayam yang menjadi salah satu menu yang dipesan terbanyak selain tongseng kambing. Tak kalah nikmat, pada tongseng ayam di sini potongan dagingnya begitu tebal dan besar-besar.
Daging ayamnya dimasak hingga empuk tetapi tidak kering dan berserat layaknya ayam yang dimasak terlalu lama. Untuk daging ayamnya sendiri Bu Sri hanya berfokus membuat bumbu dan rempahnya meresap karena teksturnya yang lebih mudah empuk dari daging kambing.
Selain ada potongan daging ayam, dalam semangkuk tongseng ayam di Tongseng Pak Kadir juga ada potongan tulang muda yang banyak diminta pelanggan. Masih memasak menggunakan arang, Pak Kadir mengatakan bahwa arang menjadi kunci baginya untuk mempertahankan cita rasa.
"Saya sudah pernah ganti ini (arang) dengan gas. Kalau dihitung-hitung ya jatuhnya lebih hemat untuk biaya. Tetapi ada pelanggan yang bilang kalau pakai gas rasanya beda, jadi kembali lagi pakai arang," jelas Pak Kadir.
Menyambangi warung tongseng menjelang makan siang, kami menyaksikan sendiri antusias pelanggan yang rela mengantre demi seporsi tongseng. Menurut Bu Sri ia sanggup memasak 15 porsi dalam satu waktu demi meredakan antrean pelanggan yang mengular.