Menikmati Gehaktballen sambil Ngobrol Bareng Tante Thea di Kafe Belanda Depok

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Rabu, 06 Agu 2025 17:02 WIB
4
"Tante Thea Snoephuis merupakan kafe klasik dan homey di Depok yang bernuansa Belanda. Sajiannya juga spesial khas negeri Kincir Angin!" - adr
Foto: Andi Annisa DR/detikfood
Depok -

Depok lekat dengan Belanda mengingat dulu kota ini dikuasai oleh tuan tanah Belanda. Cerita menarik soal sejarah Depok pun bisa kamu dengar langsung dari Tante Thea yang juga menyuguhkan makanan khas Belanda di kafe klasik miliknya.

Di beberapa kawasan Depok, Jawa Barat, masih tertinggal jejak sejarah kependudukan Belanda. Contohnya di Jalan Pemuda dan Jalan Kartini, Depok Lama yang dulunya merupakan pusat pemerintahan dan pemukiman utama pada masa Belanda.

Selain itu, di Jalan Sumurbatu yang dekat dengan Jembatan Panus, Depok II Tengah, juga tersimpan sejarah mengenai Belanda. Menariknya, sejarah ini bukan ditampilkan di museum, melainkan di kafe klasik bernama Tante Thea Snoephuis.

Nama 'Tante Thea' merupakan nama pemiliknya, seorang keturunan Belanda yang lahir tahun 1940. Sosoknya juga sering disapa Oma Thea karena ia layaknya nenek yang menyambut hangat setiap pelanggan yang datang.

Tante Thea tak ubahnya arsip berjalan yang mengetahui benar seluk beluk Depok, terutama dengan kaitannya terhadap Belanda. detikFood (12/7) berkesempatan langsung mengobrol dengan Tante Thea saat santap di kafe miliknya.

Detail Informasi (Tante Thea Snoephuis)
Nama Tempat MakanTante Thea Snoephuis
AlamatJalan Sumurbatu Raya Nomor 10, Depok
Instagram
tantetheashoephuis
Jam Operasional09.00-17.00 (Minggu dan Senin tutup)
Estimasi Hargamulai dari Rp 25 ribu
Tipe Kulinermakanan khas Belanda
Fasilitas
  • area makan nyaman di tempat


Aneka menu Belanda di Tante Thea Snoephuis

Tante Thea Snoephuis menempati bangunan klasik di Depok. Foto: Andi Annisa DR/detikfood

Bangunan Tante Thea Snoephuis merupakan rumah pribadi milik Tante Thea. Ia menyulap area ruang tamu hingga ruang makan menjadi tempat santap pelanggan.

Nuansa homey tetap dipertahankan dengan unsur Belanda yang kental. Ini terlihat dari beberapa pajangan khas Belanda di sudut-sudut kafe yang berdiri sejak 2017 ini. Ada juga foto keluarga Tante Thea yang menambah kesan hangat di kafe ini.

Menyoal menu, Tante Thea menyuguhkan beberapa makanan khas Belanda. Resepnya berasal dari dirinya, tapi kini sudah diwarisi juga ke anak dan menantunya. Sesekali, Tante Thea pun masih mengontrol kualitas menu yang disajikan.

Pilihannya ada Bruinebonen Soep, Macaronie Schotel, Gehaktballen, Klappertaart, dan Poffertjes. Harga menunya mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 75 ribu.

Selain itu, Tante Thea Snoephuis menyajikan makanan Asia, seperti Nasi Goreng Tradisional dan Nasi Goreng Tom Yam. Tersedia juga camilan berupa Kentang Goreng, Cireng Goreng, dan Pisang Goreng.

Untuk minuman, keluarga Tante Thea menyajikan kopi berkualitas menggunakan house blend campuran Arabica dan Robusta. Berbagai menu kopi susu dan kopi hitam tersedia.

Pelanggan juga bisa menyesuaikan preferensi rasa kopi favoritnya untuk nanti disarankan menu oleh barista di sini. Contohnya French Latte dan Kopi Gula Aren untuk yang suka kopi susu creamy.

Ngobrol sejarah bareng Tante Thea

Tante Thea atau Oma Thea yang ramah menyambut pelanggan. Foto: Andi Annisa DR/detikfood

Disela-sela menunggu makanan, kami mengobrol dengan Tante Thea. Ia bercerita ibunya adalah orang Belanda, sedangkan ayahnya orang Ambon.

Lahir sebelum Indonesia merdeka, Tante Thea melalui banyak peristiwa sejarah penting, terlebih dirinya adalah orang nonpribumi. Wanita yang bisa 4 bahasa yaitu Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman ini pernah menjadi saksi peristiwa Rawagede di Purwakarta.

Sekitar tahun 1947, terjadi pembantaian warga sipil yang dilakukan oleh tentara Belanda dalam rangkaian agresi militer. Saat itu ratusan orang menjadi korban.

Tante Thea kemudian pernah diminta menjadi penerjemah untuk pihak kedutaan Belanda dengan warga pribumi. Ia mengaku sedih dan marah dengan peristiwa Rawagede yang menewaskan ratusan warga pribumi tersebut.

Meski dirinya memiliki darah Belanda, tapi baginya, orang pribumi asli juga saudaranya. Tak peduli suku, agama, dan rasnya, menurut Tante Thea, semua manusia sama. Manusia tidak layak dibantai, terlebih ketika mereka tidak bersalah.

Mengenai kaitannya dengan Depok, Tante Thea baru tinggal di kota belimbing ini tahun 1994. Ia terlibat aktif dalam Yayasan Lembaga Cornelisschstelien yang menaungi keturunan 12 marga Belanda Depok.

Keduabelas marga itu diberikan oleh Cornelis Chastelein untuk budak-budak yang dia lepaskan. Sosok Cornelis Chastelein sendiri merupakan pejabat VOC Belanda yang mengembangkan Depok pada abad ke-17.

Kini Tante Thea bekerja sama dengan pemerintah Depok untuk melestarikan jejak-jejak peninggalan sejarah Belanda di Depok. Tak jarang, ia diajak oleh Walikota Depok ketika ada diskusi terkait hal ini.




(adr/adr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork