Sebuah kafe bergaya kontemporer klasik viral di Pecenongan. Nyaman untuk hangout. Bisa ngemil curry puff yang renyah ditemani es kopi susu jahe yang creamy.
Kafe yang tenang dengan desain yang unik kini sedang ramai dicari. Tempatnya yang nyaman juga makanan-makanan enak yang disajikan menjadi alasan banyak pelanggan datang untuk mampir.
Di kawasan Pecenongan, Jakarta Pusat ada kafe baru yang sedang ramai dibicarakan. Desainnya yang kontemporer klasik begitu 'eye-catching' di tengah pertokoan kuno di sekitarnya.
Tak hanya tempatnya yang nyaman, ternyata kafe bernama Aneka 57 ini juga memiliki kudapan yang enak dan racikan kopi yang segar. Menyambangi Aneka 57 (12/9) detikfood mencicipi menu makanan andalan hingga es kopi susu yang creamy menyegarkan.
Detail Informasi | |
Nama Tempat Makan | Aneka 57 |
Alamat | Jalan Pecenongan No.57, Gambir, Jakarta Pusat |
No Telp | 0858-1300-0757 |
Jam Operasional | Selasa - Jumat, 07.00 - 18.00 WIB Sabtu - Minggu, 08.00 - 19.00 WIB |
Estimasi Harga | Rp 5.000 - Rp 50.000 |
Tipe Kuliner | Asia, Tradisional |
Fasilitas |
|
Mendukung produk lokal
Memadukan konsep kekinian dan tradisional membuat Aneka 57 memadukan ciri khas Asia dengan tradisional Indonesia. Tetapi untuk berbagai menunya lebih banyak menghadirkan makanan-makanan khas Indonesia.
Hal ini dibenarkan oleh Vera, seorang pekerja kedai yang menyapa kami kala mendatangi Aneka 57 bersamaan dengan tenggelamnya matahari di Pecenongan. "Kami campur semua sih untuk menunya, tetapi memang lebih meng-highlight makanan Indonesia," ujarnya.
Saat memasuki pintu berwarna biru tosca, para pelanggan akan langsung disapa dengan deretan jajanan pasar dan nasi kucing. Jika tak ingin kehabisan pilihan jajanan pasarnya, kamu harus datang lebih pagi.
Ketiak tiba di Aneka 57 sekitar pukul 4 sore, kami melihat hanya beberapa jajanan pasar yang tersisa di sana. Ada lapis sagu, ongol-ongol, dan choipan yang dibanderol mulai dari Rp 5.000 an per buahnya.
"Banyak orang yang suka tanya juga ada croissant nggak kalau datang ke sini, tapi kami memang tidak menyediakan. Jadi konsepnya minum kopi dengan jajanan pasar," lanjut pekerja kedai bernama Vera.
Nikmatnya jajanan pasar dan nasi kucing
Tepat setelah kami melihat daftar menu, deretan jajanan pasar dan nasi 'meong' menarik perhatian. Lapis sagu, ongol-ongol, dan satu porsi nasi 'meong' atau nasi kucing dipesan sebagai kudapan pendamping es kopi.
Walaupun sudah sore hari tetapi kondisi jajanan pasarnya masih bagus. Teksturnya kenyal dan lembut dengan citarasa manis alami dan tidak menonjok gigi.
Vera menyebutkan untuk jajanan pasar mereka memiliki pemasoknya sendiri. Uniknya, lapis sagu yang berwarna putih dan cokelat justru memiliki sentuhan rasa cokelat berbeda dengan lapis sagu tradisional yang hanya manis saja.
Menu lain bernama Nasi Meong atau nasi kucing juga dikemas dengan bentuk yang menggemaskan. Ada foto kepala kucing di depannya sebagai identitas Nasi Meong.
Isiannya berupa nasi putih, mie goreng, ikan teri, tempe orek, dan sambal merah yang pedasnya menggelitik tenggorokan. Ukurannya yang sebesar kepalan tangan cukup disantap sebanyak 3-5 kali suapan.
Ada curry puff dan es kopi yang creamy di halaman berikutnya.
Simak Video "Kampoeng Djoeang, Kafe Vintage di Ujung Museum Satriamandala"
(dfl/odi)