Kafe di Kebon Sirih, Jakarta Pusat ini menghadirkan cerita dari perkebunan kopi tertua di Blitar sejak 1870. Menunya mirip ketika masyarakat merayakan panen kopi. Ada nasi jagung tompoh hingga serabi pandan yang nikmat.
Di tengah gempuran tren makanan modern, makanan tradisional selalu punya tempat tersendiri di hati orang Indonesia. Beragam kafe dan restoran dengan menu tradisional pun tak pernah sepi.
Tak sedikit di antara kafe itu datang dengan cerita istimewa, seperti yang disuguhkan Kawisari Cafe & Eatery. Ketika masuk, tamu sudah dibuat penasaran dengan tulisan 'Sejak 1870' di bagian depan kafe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun tersebut rupanya merujuk pada kehadiran perkebunan kopi tertua di Blitar yang menjadi inspirasi Kawisari. Kafe di bawah naungan Tugu Group ini hadir membawa cerita dari perkebunan tersebut.
Begitu masuk, kamu bakal melihat pernak-pernik bernuansa kopi, termasuk lukisan besar yang menggambarkan suasana perkebunan di sana. Para pramusaji bahkan pakai seragam yang mirip petani kopi!
Kawisari terdiri dari 2 lantai dengan area bersantap lebih banyak di bagian atas. Ada juga area outdoor di dekat pintu masuk dan area rooftop di lantai dua.
Perkebunan kopi sejak 1870 di Blitar
![]() |
Kepada detikfood (27/7), Julie Nursanti selaku Duty Manager Kawisari Coffee menjelaskan, "Konsep Kawisari itu membawa semuanya dari perkebunan kopi ke ibu kota. Perkebunan kita ada di Blitar, Jawa Timur. Perkebunan ini merupakan perkebunan kopi yang tertua di Jawa Timur, dari tahun 1870."
Hasil utama perkebunan kopi tersebut adalah Robusta mengingat tempatnya tidak terlalu tinggi, sekitar 600-1000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Mengenai luasnya mencapai 800 hingga 1.000 hektar.
Meski begitu ada juga kopi Arabica yang dihasilkan di sana. Kawisari lalu membuat premium blend dari Robusta dan Arabica tersebut yang kemudian dikreasikan jadi minuman kopi di kafe.
Kemunculan perkebunan kopi ini tak lepas dari sejarahnya yang menarik. Julie menceritakan, semua berawal dari Pangeran Djojodiningrat yang suka bertapa dan menggemari kopi.
Ia bertapa di antara Gunung Kawi (Malang) dan Gunung Kelud (Blitar). Ketika bertapa di Gunung Kelud itulah ia membawa bekal biji kopi dan menanamnya di Blitar pada tahun 1870.
"Lama-lama semakin banyak hingga jadi perkebunan kopi yang didominasi dengan Robusta," cerita Julie. Hingga kini perkebunan tersebut masih produktif menghasilkan hasil bumi dengan melibatkan para petani lokal.
Nasi Jagung Tompoh, makanan saat panen kopi
![]() |
Membicarakan menu Kawisari, tentu saja tak hanya kopi, di sini tersedia puluhan menu tradisional. Salah satu yang layak dicoba, Nasi Jagung Tompoh Kawisari (Rp 55.000).
Julie bilang menu ini istimewa karena kerap dijual masyarakat di perkebunan kopi saat masa panen. Nasi jagung ditempatkan dalam besek bambu beralas daun pisang yang bentuknya mirip keranjang.
Lauknya lengkap, ditaruh di atas nasi. Ada ayam goreng kremes, ikan asin bulu ayam, urap, sambal tempe, dan pendamping sayur lodeh.
Nasi jagungnya berwarna kuning cantik. Teksturnya empuk dan pulen meski berasal murni dari buliran jagung. Menyantapnya tak bikin seret!
Ayam goreng kremesnya mungil dengan rasa gurih cukup kuat. Bumbunya meresap sampai ke tulang. Taburan kremes yang renyah menyempurnakan cita rasanya.
Bakwan jagung yang disuguhkan juga mencuri perhatian kami karena teksturnya empuk, tapi masih terasa renyah di luar. Campuran bumbu halusnya menghadirkan rasa gurih yang enak.
Semangkuk kecil sayur lodeh hadir sebagai pelengkap. Kuah santannya agak encer dengan isian tempe, kacang panjang, dan cabe hijau. Rasa gurihnya tak terlalu kuat sehingga tak bikin 'enek'.
Baca halaman selanjutnya untuk tahu keistimewaan menu lain di Kawisari.
Gurih pedas Nasi Besek Ikan Cakalang yang sayang dilewatkan
![]() |
Masih dari kategori nasi besek, Kawisari juga punya Nasi Besek Ikan Cakalang (Rp 55.000). Tampilannya serupa dengan Nasi Jagung Tompoh, namun primadona lauknya yang berbeda.
Adalah ikan cakalang yang disuwir-suwir dan ditumis bersama bunga pepaya hingga menghasilkan rasa gurih pedas! Paling enak disantap bersama tahu dan tempe bacem yang manis legitnya pas.
Oh ya, hidangan ini juga dilengkapi sambal rawit. Dibuat dari potongan cabe rawit hijau yang menghadirkan sensasi renyah, pedas, dan segar ketika digigit bersamaan!
Sop buntut yang dagingnya empuk juicy
Penggemar sop buntut bisa puaskan selera di Kawisari. Sop Buntut Kawisari (Rp 98.000) adalah salah satu menu andalan di sini.
![]() |
Porsinya besar dengan isian sekitar 3 potong daging buntut. Hmmm... Aroma pala, cengkeh, dan merica yang khas dari sop buntut tercium cukup kuat begitu hidangan ini sampai ke meja.
Kuahnya bening berwarna cokelat agak oranye. Rasa gurihnya ringan dan pas, bukan jenis yang berlemak. Sementara daging buntutnya super empuk dan juicy.
Saking empuknya, tak butuh banyak tenaga untuk merobek daging dari tulangnya. Di dalam sop buntut ini juga berisi banyak irisan tomat yang membuat rasanya segar.
Paling enak menikmati sop buntut dengan kucuran air jeruk nipis dan tambahan sambal merah yang pedasnya cukup menggigit.
Pohong Merekah dan Serabi Pandan Ijo, camilan gurih manis Kawisari
![]() |
Puas menyantap makanan utama, kamu bisa ngemil di sini. Ada Pohong Merekah dan Serabi Pandan Ijo Lumut (Rp 38.000) yang menurut kami layak dipesan.
Pohong Merekah adalah singkong goreng yang istimewa. Mengapa demikian? Karena meski bentuknya seperti singkong goreng biasa, tapi kenikmatannya memikat.
Singkongnya bertekstur pulen dan lembut, bahkan agak kenyal di bagian dalam. Sementara di luarnya masih garing dan renyah. Terdapat rasa gurih mirip bumbu gurih ungkepan bawang putih pada singkong goreng ini.
Pohong Merekah 'dijodohkan' dengan sambal merah yang pedas segar dan sedikit asam. Sambal ini tidak digoreng, tetapi seperti sambal dadak alias sambal mentah khas Sunda.
Untuk yang manis Serabi Pandan Ijo Lumut tampil memikat. Serabi ini dibuat begitu ada yang memesan. Kami bisa mengintip proses pembuatannya di bagian depan kafe.
![]() |
Serabi ini layaknya serabi Solo yang pinggirannya tipis, namun dalamnya tebal berupa adonan bercampur santan. Penggunaan aroma dan rasa pandan membuat serabi ini lebih harum.
Rasa gurihnya pas, diiringi siraman saus gula aren yang manis legit! Kami jatuh cinta dengan tekstur serabi ini yang benar-benar lembut dan kenyal. Makin enak saat dimakan hangat-hangat.
Es kopi dan Cascara Lemon yang menyegarkan
![]() |
Mampir ke Kawisari tentu tak lengkap tanpa mencicipi minuman kopinya. Signature Ice Coffee (Rp 61.000) layaknya es kopi susu yang 'naik kelas'.
Espresso-nya dibuat dari premium blend andalan Kawisari yaitu campuran Arabica dan Robusta sehingga asam dan pahitnya sudah seimbang menurut kami. Campuran es krim membuat minuman ini makin creamy enak.
Tipenya lebih ke es kopi susu yang dominan susunya. Rasa manisnya lembut sehingga cocok diminum untuk menyegarkan dahaga.
Kalau mau yang beda, coba Cascara Lemon (Rp 35.000) di sini. Cascara adalah kulit ceri kopi yang dikeringkan lalu diseduh layaknya teh. Tambahan lemon membuat rasanya lebih segar.
![]() |
Meminum Cascara Lemon tak ubahnya minum teh lemon dalam versi yang tak pekat. Rasanya mirip infused water yang rasa asam segarnya ringan.
Selain menu yang disebutkan di atas, Kawisari masih punya banyak menu tradisional yang layak dicoba. "Kisaran harga, menu pembuka mulai dari Rp 30-48 ribu, untuk menu utama Rp 55-120 ribu, dan dessert sekitar Rp 48 ribu. Untuk kopinya sekitar Rp 40-50 ribu," pungkas Julie.
Kawisari Cafe & Eatery
Jl. Kebon Sirih No. 77A, Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Jam operasional: 08.00-22.00
Telepon: 0878 8319 5051
Ingin tempat makan dan produk Anda direview oleh Detikfood? Kirim email ke foodreview@detik.com
(adr/odi)