Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat punya tradisi unik mencari cacing laut. Tradisi yang dikenal dengan sebutan Bau Nyale ini selalu digelar setiap tanggal 20 bulan 10 pada kalender Suku Sasak. Tanggal ini bertepatan pada hari ini, 24 Februari 2019.
Dalam bahasa Indonesia, Bau Nyale artinya adalah mencari nyale, cacing laut yang muncul di pesisir laut pulau Lombok. Tradisi unik ini berlangsung setiap tahun secara turun temurun. Setiap tahunnya ada ratusan orang yang menjejali pantai demi bisa mendapatkan cacing laut yang jumlahnya ribuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Terlepas dari benar atau tidaknya, legenda Putri Mandalika buktinya membuat banyak orang tertarik pada tradisi Bau Nyale. Alhasil ratusan orang berbondong menceburkan diri ke laut demi bisa mendapat cacing laut.
Meskipun berbentuk seperti cacing biasa tapi nyale memiliki warna kulit yang beragam. Warnanya hijau, oranye hingga merah dengan kulit licin mengilap. Kalau dikumpulkan akan terlihat paduan warna yang cantik.
![]() |
Nyale biasa dimasak menjadi berbagai hidangan. Misalnya dimasak menjadi hidangan berkuah santan, dijadikan pepes atau dicampur dengan sambal. Sambal nyale di Lombok dikenal dengan sebutan Bokosawu Nyale.
Untuk membuat sambal nyale, biasanya digunakan campuran daun kemangi dan air jeruk purut. Tapi ada juga sambal matang yang dimasak dengan campuran kelapa parut sangrai, namanya Nyale Pa'dongo.
![]() |
Masyarakat Lombok justru terbiasa menyantap nyale dalam keadaan hidup dan mentah. Nyale segar yang baru saja ditangkap diakui memiliki rasa manis. Tapi kalau tak biasa menyantap mentah, coba cicip nyale matang saja yang kabarnya juga tak kalah enak.
Selain enak, nyale juga mengandung gizi tinggi. Protein dalam nyale bahkan mengalahkan protein telur ayam dan susu sapi. Nyale juga mengandung karbohidrat, fosfor dan zat besi yang tinggi.
Baca juga : Jangan Tinggalkan Lombok Tanpa Bawa Oleh-oleh Ini! (dvs/odi)