Tiap tahun pelatih gym sukses di Middlesbrough, Inggris, Mike Hind mengambli seorang klien untuk 'percobaannya.' Mike akan mengusahakan penurunan berat badan sang klien secara gratis selama satu tahun.
Tahun ini Mike memilih pria 27 tahun bernama Dibsy. Ia alami obesitas dengan berat mencapai 254 kg. Karena bobot ekstranya ini, Dibsy alami masalah jantung dan sempat dirawat seminggu di rumah sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca Juga: Hasil Penelitian Ungkap Jika Yogurt Bisa Jadi Pemicu Obesitas
Uniknya langkah pertama Mike adalah meminta resto lokal favorit Dibsy untuk tidak melayaninya. "Enam hingga tujuh minggu ke depan akan jadi masa sulit untuk Dibsy. Yang saya ingin Dibsy lakukan adalah datang kepada saya untuk mencari dukungan dan masukan, ia dulu sering mampir beli makan di resto," kata Mike seperti dikutip dalam Oddity Central (26/10).
Mike lalu membuat poster yang menampilkan foto dirinya dan Dibsy. Tulisannya, "Selamatkan Dibsy, obesitas membunuhnya" dan "Jangan layani pria ini." Poster-poster ini didistribusikan ke resto fast food di sekitar Middlesbrough, namun untuk kalangan pegawai resto saja bukan khalayak umum.
Dibys dilaporkan mengonsumsi 11.000 kalori per hari. Salah satu kelemahan terbesarnya adalah menolak makan sajian tradisional Middlesbrough yaitu Parmo. Berupa daging babi goreng tepung yang dilumuri saus bechamel dan keju.
![]() |
Kini Mike meminta Dibsy mengonsumsi 3.500 kalori per hari, dan membakar 2.000 kalori tiap harinya lewat olahraga yang dirancang Mike. "Ia terlalu besar untuk peralatan gym konvensional, jadi kami perlu membuat dia melakukan hal berbeda," kata Mike.
Mike juga mengawasi detak jantung Dibsy untuk memantau kesehatannya dan menghitung tingkat pembakaran kalori. Mike melanjutkan, "Ketegangan di jantungnya adalah sesuatu yang perlu kami awasi. Saat ia sudah terlalu capek, kami harus membiarkan dia beristirahat. Dan kalau ia kepanasan, kami harus mengipasinya agar kembali dingin."
Dibsy sendiri mengklaim dirinya tak pernah kurus, dan mulai makan banyak di awal-awal masa remajanya. Kepergian ayahnya saat ia berusia 18 tahun membuat proses Dibsy jadi gemuk berlangsung cepat. Ia mencari kenyamanan lewat makan enak dan akhirnya alami obesitas.
Baca Juga: Ini Sebabnya Mengapa Tingkat Obesitas di Italia Lebih Rendah Daripada Amerika
(adr/odi)