Ngemil Martabak dengan Olesan Nutella dan Ovomaltine

Kuliner Anak Hipster

Ngemil Martabak dengan Olesan Nutella dan Ovomaltine

Maya Safira - detikFood
Selasa, 24 Feb 2015 17:24 WIB
Foto: Detikfood
Jakarta - Awalnya martabak manis dikenal dengan isian cokelat, kacang atau keju. Sekarang muncul aneka macam martabak berbahan tak biasa dan tergolong premium. Ini dikarenakan ​muncul kelompok hipster yang suka hal-hal anti-mainstream​.

Martabak termasuk kudapan yang mudah dimodifikasi. Beragam topping bisa dipakai baik untuk martabak manis atau martabak telur. ​Martabak juga termasuk camilan populer yang disukai banyak anak muda.​

Sejak lama topping favorit untuk martabak manis berkisar antara cokelat, keju, kacang tanah, kismis atau wijen. Sedangkan martabak asin diisi dengan cincangan daging sapi atau ayam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun pada tahun 2013, salah satu penjual martabak di Jakarta membuat gebrakan. Martabak 65A Bandung Asli Pecenongan menambah topping cokelat Toblerone dan selai Nutella dalam jejeran menunya. Martabak dengan topping mewah itu pun menarik perhatian warga Jakarta.

Bagi orang yang suka mencoba makanan anti-mainstream, tentu saja martabak tersebut menimbulkan rasa penasaran. Terbayang kelezatan Nutella yang biasa dipakai pada roti, justru dipadu dengan martabak. Pembicaraan dari mulut ke mulut dan adanya sosial media membuat martabak bertopping Toblerone dan Nutella mulai populer.

Akhirnya semakin banyak penjual martabak berinovasi dengan pilihan topping. Tak tanggung-tanggung, Kit Kat Green Tea yang merupakan produk impor Jepang ikut ditambah pada martabak. Martabak pun jadi bercitarasa teh hijau yang khas.

Untuk selai, tak hanya Nutella yang kini digunakan pada martabak. Selai impor Ovomaltine dengan citarasa manis crunchy jadi pengganti meisjes cokelat. Begitu juga dengan kacang tanah yang mulai diganti selai Skippy.

Isian martabak gurih pun dibuat naik kelas. Misalnya paduan tuna dan keju dalam martabak telurnya. Ada juga menu dengan tambahan kari atau pemakaian daging steak yang berbeda dari martabak konvensional.
 
Penjual martabak juga ikut membenahi tampilan counternya. Seperti Martabak Boss yang memakai counter berpenampilan menarik dan modern. Bukan gerobak martabak standar dengan tenda dan banner.

Tren yang melawan standar topping martabak ini lama-lama semakin diminati. Banyak tempat martabak mulai menggunakan topping yang awalnya dapat dikatakan anti-mainstream tersebut.

Masyarakat pun tak keberatan dengan inovasi topping martabak yang membuat harganya kian mahal. Rasa penasaran dan keinginan mengikuti tren membuat orang bersedia merogoh kocek lebih dalam untuk mencoba martabak dengan topping unik dan tak biasa. Meskipun hanya pernah sekali mencicipinya.

(msa/odi)

Hide Ads