Bukan sekadar isu, makan sendirian ternyata tak baik untuk kesehatan mental. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ahli menyebut risikonya bisa depresi.
Makanan yang menyehatkan tidak hanya bergantung pada asupan yang masuk ke dalam tubuh. Suasana saat makan ternyata juga berpengaruh pada efek samping yang ditimbulkan.
Walaupun terlihat lebih damai, makan sendirian ternyata tidak cukup baik untuk kesehatan mental. Berbagai penelitian dilakukan oleh ahli untuk membuktikan efek sampingnya secara langsung.
Penemuan demi penemuan memperkuat hipotesis ahli tentang kebiasaan makan sendirian yang ternyata tidak menyehatkan. Ada canaman berkembangnya gejala depresi melalui kebiasaan makan sendirian.
Baca juga: 5 Riders Musisi Indonesia, Ada Kencur hingga Jajanan Jadul
Pada jurnal berjudul Age Ageing yang dipublikasi tahun 2015 pada National Library of Medicine menyebutkan secara teori ada dua cara makan sendirian menyebabkan depresi. Pertama akibat kurangnya interaksi sosial dan atau asupan nutrisi yang kurang maksimal.
Bahkan pada jurnal yang diunggah BMC Geriatrics efek depresi yang dapat ditimbulkan dari makan sendirian lebih parah dari tinggal sendirian. Pada jurnal Age Ageing, merujuk pada kebiasaan orang tua disebutkan bahwa makan bersama orang lain membuat mental menjadi lebih sehat.
Adanya interaksi sosial saat makan dapat meningkatkan rasa saling memiliki pada suatu komunitas, dukungan sosial, dan cara seseorang menikmati makanannya. Sebaliknya, efek makan sendirian juga dilihat pada partisipan yang sudah memasuki masa pensiun dan lebih banyak menghabiskan waktu sendiri.
Tidak jauh berbeda dengan praktik mindfull eating, makan bersama orang lain juga bertujuan untuk menjaga etika terhadap makanan. Walaupun mindfull eating menyebut butuhnya ketenangan saat makan tetapi bukan berarti ketenangan yang membuat seseorang merasa kesepian.
Berdasarkan statistika pengamatan BMC Geriatrics, dari sampel 17,1% partisipan yang biasa makan sendirian, 8,7% diantaranya mengalami gejala depresi. Bahkan risiko akan semakin meningkat jika mengerucutkan pada partisipan dengan rentang usia 60-74 tahun.
Menilik budaya makan bersama di beberapa negara ternyata hampir semua wilayah setuju dengan efek positif makan bersama orang lain. Di Amerika Serikat orang yang memilih makan dengan orang lain dianggap memiliki kesadaran akan kesehatan yang tinggi.
Sementara di Perancis, makan dengan orang lain menjadi cara relaksasi yang dilakukan mayoritas masyarakat Perancis. Termasuk di Indonesia yang juga dikenal dengan istilah 'bancakan', 'ngariung', atau 'ngeliwet' yang identik makan bersama orang-orang terdekat.
Pada penelitian lainnya para ahli juga memiliki kesimpulan bahwa orang yang terbiasa makan sendiri tak hanya memiliki gejala depresi tetapi sebagian juga memiliki kecenderungan bunuh diri. Sehingga makan bersama, terutama bagi orang dewasa, lebih dianjurkan untuk membuat makanan berdampak positif bagi tubuh sekaligus menyehatkan mental.
Simak Video "Studi China: Banyak Makan Gorengan Bisa Terkait dengan Depresi"
(dfl/odi)