Saat lapar melanda sering kali kita merasa emosi atau marah. Ternyata kondisi ini bukan kebetulan saja. Peneliti mengaitkan perasaan marah karena lapar alias 'hangry' dengan respons fisik tubuh saat menginginkan makanan.
Dikutip dari Independent (7/5), Sophie Medlin selaku dosen gizi di King's College, London, menjelaskan kaitan lapar (hunger) dan kemarahan (anger). "Kamu telah lama menyadari bahwa rasa lapar memicu rasa marah dalam sains," jelas Medlin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca Juga: Cuisinomane dan Hangry, Ungkapan Kata Kuliner Baru yang Ada di Tahun 2015
Ia melanjutkan, "Saat gula darah turun, kadar kortisol dan adrenalin meningkat di tubuh." Pelepasan kedua hormon ini bisa mempengaruhi otak terkait sekresi neuropeptida yang mengontrol zat kimia di otak. Menyebabkan otak menangkap sinyal perasaan tidak senang yang berkembang menjadi marah.
"Zat yang memicu rasa lapar sama dengan yang memicu rasa marah, mengamuk dan perilaku impulsif. Itulah mengapa kamu mengalami respons yang sama saat lapar," ujar Medlin.
Lebih lanjut, berkurangnya kadar glukosa di otak yang terjadi saat kita merasa lapar, bisa menyulitkan kita untuk mengendalikan emosi dan kemampuan kita berkonsentrasi.
![]() |
"Kurangnya konsentrasi ini bisa mempengaruhi semua yang kita lakukan, menyebabkan kesalahan konyol yang biasanya tidak kita buat," ujar Ella Carter dan Philip Watts, penulis majalah sains dan teknologi, How It Works.
Kata 'hangry' sendiri yang merupakan gabungan kata 'hungry' alias lapar dan 'angry' alias marah, telah resmi ditambahkan dalam Oxford English Dictionary.
Baca Juga: Sah! Kata 'Hangry' Resmi Masuk dalam Oxford English Dictionary
(adr/odi)