Makan Terlalu Cepat, Bisa Berisiko Sebabkan Diabetes dan Obesitas

Makan Terlalu Cepat, Bisa Berisiko Sebabkan Diabetes dan Obesitas

Esther Suhana Abdurahim - detikFood
Senin, 20 Nov 2017 19:52 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Makan dengan cepat memang bisa mempersingkat waktu. Akan tetapi hal ini tak baik bagi kesehatan karena beresiko sebabkan obestitas hingga penyakit jantung.

Dikutip dalam nydailynews (16/11) sebuah studi yang dipublikasi oleh American Heart Association's Scientific Sessions 2017 menunjukkan bahwa kecepatan seseorang ketika menelan makanan bisa dikaitkan dengan obesitas, penyakit jantung dan diabetes.

Baca juga: Apa Masih Perlu Mengunyah Makanan Sampai 32 Kali?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makan Terlalu Cepat, Bisa Berisiko Sebabkan Diabetes dan Penyakit JantungFoto: Istimewa

Dalam studi yang dilakukan oleh peneliti di Jepang, kecepatan dalam mengunyah makanan berhubungan langsung dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik ini merupakan faktor risiko dari penyakit jantung, diabetes, obesitas pada perut, kadar gula darah puasa yang tinggi, tekanan darah tinggi dan trigliserida tinggi.

Seseorang tidak akan disebut sindrom metabolik jika hanya menderita salah satu gejala saja. Seseorang dikatakan mengidap sindrom metabolik jika menderita lebih dari satu penyakit.

Para peneliti mengevaluasi sebanyak 1.083 subjek yang bebas dari sindrom metabolik pada tahun 2008. Subjek dibagi menjadi tiga kategori kecepatan ketika makan, yaitu lambat, normal dan cepat.

Dalam lima tahun, subjek yang memiliki kebiasaan makan dengan cepat mencapai angka 11.6 persen lebih mungkin mengalami sindrom metabolik. Sementara subjek makan dengan kecepatan normal hanya mendapat angka 6 persen peluang terkena sindrom metabolik dan subjek dengan kecepatan makan lambat hanya berisko alami sindrom metabolik sekitar 2,3 persen.

Makan Terlalu Cepat, Bisa Berisiko Sebabkan Diabetes dan Penyakit JantungFoto: Istimewa

Makan dengan cepat berkaitan dengan kenaikan berat badan, karena otak Anda tidak punya waktu untuk memproses makanan. Hal itu menyebabkan perut tidak dapat menyadari bahwa sebenarnya Anda sudah kenyang.

"Makan secara perlahan merupakan perubahan gaya hidup yang penting untuk membantu cegah sindrom metabolik," tutur Takayuki Yamaji, sebagai penulis studi sekaligus ahli jantung di Universitas Hiroshima dalam sebuah pernyataan.

"Ketika seseorang makan dengan cepat, mereka akan cenderung tidak merasa kenyang dan lebih memungkinkan untuk makan secara berlebihan. Makan dengan cepat juga dapat menyebabkan fluktuasi glukosa lebih besar, yang dapat menyebabkan resistensi insulin pada beberapa orang. Kami juga yakin penelitian kami akan berlaku untuk populasi di Amerika Serikat," jelasnya.

Obesitas di Amerika Serikat telah mencapai proporsi epik dengan 671 juta orang dewasa yang dianggap obesitas pada 2016. Populasi lainnya sebanyak 1,3 milyar dianggap sudah masuk kedalam kategori kelebihan berat badan.

Baca juga: Ini Dia 5 Alasan Perlunya Mengunyah Makanan Berulang Kali (lus/lus)

Hide Ads