Menurut Ahli Gizi, Ini 5 Mitos Soal Makanan yang Tak Perlu Dipercaya Lagi

Menurut Ahli Gizi, Ini 5 Mitos Soal Makanan yang Tak Perlu Dipercaya Lagi

Annisa Trimirasti - detikFood
Rabu, 05 Okt 2016 10:40 WIB
Menurut Ahli Gizi, Ini 5 Mitos Soal Makanan yang Tak Perlu Dipercaya Lagi
Foto: Getty Images
Jakarta - Seiring populernya gaya hidup sehat, banyak mitos makanan sehat beredar. Ahli gizipun punya pendapat.

Keinginan orang untuk menurunkan berat badan dan hidup sehat membuat mitos mudah dipercaya. Dari makanan tanpa kalori hingga pembakar kalori lebih cepat. Dikutip dari self.com (2/10/16) ahli gizi Abby Langer mengungkapkan 5 mitos soal makanan bergizi ini tak perlu dipercaya lagi.

1. Quinoa adalah biji-bijian tinggi protein

Foto: Getty Images
Ternyata kandungan protein quinoa masak per cangkir 8 g. Atau lebih banyak 3 g dari brown rice dan kurang 12 g dari rekomendasi 20-30 g protein harian.

Dua sajian quinoa mengandung 450 kalori, ide menambah asupannya tentu bertentangan dengan program diet. Jadi cukup makan semangkuk dan gabungkan dengan makanan kaya protein lain seperti tempe, daging, ikan, dan telur.

2. Tubuh perlu alkali agar sehat

Foto: iStock
Mitos yang beredar, makanan bersifat alkali turunkan keasaman tubuh dan seimbangkan pH. Faktanya, kebanyakan makanan alkali yaitu buah, sayur, kacang-kacangan dan lainnya memang sehat, tapi tidak mempengaruhi sistem asam-basa tubuh.

Ginjal mengendalikan keasaman darah dan mengontrol sistem keseimbangan asam-basa tubuh. Jadi, tidak ada jaminan makan sayuran hijau mengubah cara kerja ginjal. Makanlah sayuran karena ada banyak nutrisi, bukan karena asam basa nya.

3. Makanan berkalori negatif bakar lebih banyak kalori

Foto: Getty Images
Semua makanan berkalori, seperti seledri (10 kalori per tangkai besar), semangka (40 kalori per mangkuk), anggur (104 kalori) dan daging tanpa lemak (144 kalori/100gram) .

Mitos makan makanan berkalori negatif berdasarkan teori kalori akan habis karena energinya dipakai untuk mengunyah dan mencerna makanan tidak sepenuhnya salah. Itu disebut efek termogenik.

Tapi tubuh mahir dalam proses ini, jadi tidak perlu mengeluarkan banyak energi dan makanan tidak memperngaruhi sistem kerjanya. Semua kalori dihitung, tapi beberapa memang lebih sehat dari yang lain.

4. Ada makanan pembakar lemak

Foto: Getty Images
Tidak ada makanan membakar lemak. Memang ada beberapa makanan yang mempercepat metabolisme sementara. Tapi tidak cukup untuk disebut membantu menurunkan berat badan.

Cabe misalnya, sering disebut sebagai makanan pembakar lemak. Capsaicin memang meningkatkan metabolisme, tapi tidak ada laporan penilitian apapun yang menyatakanny bisa membakar kalori atau lemak.

5. Susu almond kaya nutrisi

Foto: Getty Images
Almond memang sehat, tetapi susunya tidak. Susu almond dibuat dengan merendam almond di dalam air, digiling bersama dan disaring menjadi susu

Proses tersebut membuat serat dan protein almond berkurang. Perkaya protein susu almond dengan mengolah jadi smoothie dengan tambahan protein bubuk atau sereal. Dari segi nutrisi lebih unggul susu sapi yang menyediakan vitamin, mineral, dan protein lengkap.
Halaman 2 dari 6
(adr/odi)

Hide Ads