Kisah sukses dibagikan oleh pemilik gerai donat kekinian di Jakarta. Awalnya jualan berbasis di rumah, sekarang kakak-adik ini berhasil mengembangkan bisnisnya sampai punya 4 cabang di Jakarta!
Donat menjadi salah satu makanan yang trennya tidak pernah usai. Bahkan belakangan ini banyak gerai donat baru menawarkan kreasi donat unik dan khas.
Meskipun begitu, tak sedikit juga gerai donat yang sudah beroperasi lama tetap eksis sampai saat ini. Contohnya Bonbonbites, sebuah gerai yang terkenal dengan kreasi donat bomboloninya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha kuliner ini awalnya berbasis dari rumah dan hanya dijual online. Namun siapa sangka selama 5 tahun berdiri, mereka telah sukses memiliki 4 cabang di Jakarta.
Di balik kesuksesan tersebut, ada perjuangan kakak-beradik yang membangun bisnisnya dari nol.
1. Usaha kakak-beradik saat masa pandemi
Nathanie, salah satu pendiri dan pemilik gerai donat Bonbonbites. Foto: Detikcom / Atiqa Rana |
Bonbonbites merupakan usaha kuliner yang dibangun oleh kakak-beradik, bernama Natasya Setiadi dan Nathanie Nadya Setiadi. Keduanya memulai usaha makanan ini sejak pandemi, tepatnya di tahun 2020.
Di masa pandemi, Natasya baru saja lulus dari perkuliahan di bidang hospitality atau perhotelan. Sedangkan adiknya, Nathanie saat itu sebenarnya masih menjalankan perkuliahan bidang fashion di Melbourne, Australia. Namun karena pandemi akhirnya Nathanie turut kembali ke tanah air.
Mencari pekerjaan di masa pandemi menjadi hal sulit saat itu. Akhirnya kakak-beradik ini sepakat untuk membangun usaha kuliner sendiri yang berbasis di rumah.
Bonbonbites pun hadir sebagai home bakery yang menerima pesanan pelanggan lewat pre-order. Menunya juga tidak langsung bomboloni. Natasya dan Nathanie awalnya memilih menjual produk yang memang sedang tren di masa pandemi, yaitu dessert box.
Setelah beberapa bulan, rupanya bisnis kulinernya ini berjalan dengan baik. Kakak-beradik ini lalu memutuskan untuk membuat kreasi produk lainnya, berupa bomboloni yang sampai sekarang menjadi menu andalan di Bonbonbites.
2. Banyak ikut kelas baking
Pemilik gerai Bonbonbites ini masih sering mengikuti kelas atau course untuk mengembangkan kemampuannya. Foto: Detikcom / Atiqs Rana |
Sejak dibuka, Bonbonbites mungkin langsung mendapat respons positif dari banyak pelanggan. Namun hal ini tidak membuat kakak-beradik itu berhenti mengasah kemampuannya.
Menurut Nathanie, sangat penting baginya sebagai pemilik usaha bakery untuk terus belajar bagaimana cara membuat roti atau produk lainnya. Bahkan sampai Bonbonbites berjalan 5 tahun, kakak-beradik ini masih terus ikut kelas khusus untuk mengembangkan kemampuan mereka.
"Jadi kalau ditanya basicnya kita hebat di dalam bakery atau enggak, sebetulnya enggak. Jadi waktu pandemi itu kita banyak banget trial and error," ujar Nathanie kepada detikFood (2/12).
Selama berjalannya bisnis Bonbonbites, dua wanita muda ini banyak mengikuti kelas untuk belajar mengenai teknik-teknik baru dalam dunia baking.
"Selama waktu pandemi itu sebetulnya enggak ikut kelas. Tapi selama berjalannya Bonbonbites, akhirnya kita banyak juga ikut kelas. Ambil kayak beberapa course untuk belajar teknik baru," ujar Nathanie kepada detikFood.
3. Berpacu dengan tren makanan yang silih berganti
Bonbonbites terus melakukan inovasi untuk mengikuti tren. Foto: Detikcom / Atiqa Rana |
Selama 5 tahun berjalan, Nathanie dan Natasya juga dihadapi dengan berbagai macam tantangan. Namun menurut Nathanie, tantangan terbesar yang perlu dihadapi yaitu tren makanan yang tidak ada habisnya.
"Tantangan terbesar menurutku adalah tren yang gak udah-udah ini. Jadi kayak trennya itu sangat banyak tapi waktunya singkat. Jadi sekarang masyarakat Indonesia mudah banget untuk jenuh secepat itu," ujar pemilik Bonbonbites ini.
Tren makanan baru yang selalu muncul ini membuat Nathanie dan Natasya harus selalu bisa mengikuti perkembangan tersebut, tanpa menghilangkan jati diri dari brand yang mereka bangun.
Misalnya Dubai Pistachio yang sempat viral tahun lalu. Makanan asli yang dijual berupa cokelat batangan dengan rasa pistachio. Tetapi Nathanie dan Natasya tidak menjual produk cokelat batangan yang sama. Mereka justru menciptakan rasa Dubai pistachio lewat varian baru dalam produk bomboloninya.
Nathanie mengungkap, "Nah itu sebenarnya lumayan tricky sih buat dunia F&B. Karena bertahannya gak akan lama mungkin paling lama 3-4 bulan. Karena setelah itu akan ada tren baru lagi yang harus kita ikutin."
4. Terbuka akan inovasi baru
Karena tren makanan yang silih berganti, pemilik usaha kuliner ini juga harus selalu memiliki ide inovasi baru. Setiap bulannya Bonbonbites selalu memiliki section R&D untuk meluncurkan rasa-rasa baru yang bisa diterima masyarakat.
Ide baru tersebut menurut Nathanie tidak bisa hanya didapatkan dari segmen-segmen di Indonesia. Dirinya pribadi percaya kalau ide tersebut bisa dicari antar negara.
"Mungkin yang dari Korea, dari Jepang, atau Italia ada rasa-rasa yang mungkin baru mereka create dan kita implementasikan di sini yang bisa diterima juga sama masyarakat Indonesia," jelasnya.
5. Sulit dapat bahan baku berkualitas
Kini gerai Bonbonbites bisa ditemukan di beberapa cabang di Jakarta. Foto: Detikcom / Atiqa Rana |
Selain masalah tren makanan yang cepat berganti, Nathanie sebagai pemilik usaha bakery ini juga mengaku sulit mendapatkan bahan baku berkualitas saat ini. Hal tersebut disebabkan karena bahan-bahannya semakin terbatas dan harganya juga semakin meningkat.
"Bahan bakunya susah banget didapat sekarang. Jadi harus rebutan. Harganya juga jadi naik," jelas Nathanie.
Mau tidak mau seiring berjalannya waktu, mereka juga turut meningkatkan harga produk yang dijual. Untungnya kenaikan harga ini tidak memengaruhi penjualan. Bomboloninya masih tetap menjadi idaman banyak orang.
Bonbonbites merupakan bakery yang menawarkan produk-produk, seperti roti, donat, dessert dan lain sebagainya. Ciri khasnya produk di Bonbonbites punya cita rasa manis yang tidak berlebihan, sehingga bisa dinikmati oleh semua kalangan mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.
Bomboloni sebagai produk andalan mereka juga dibuat dengan teknik khusus, sehingga teksturnya lebih lembut. Varian rasanya juga selalu berubah mengikuti tren agar masyarakat Indonesia tidak jenuh dengan rasa yang itu-itu saja.
Terkait masalah food waste, Bonbonbites menanganinya dengan cara menetapkan terlebih dahulu berapa jumlah yang akan diproduksi dan tidak boleh berlebihan (overproduction).
Jika memang ada lebih, Bonbonbites akan membagikannya ke orang sekitar. Jadi, jika di hari tersebut produk makanannya tidak habis terjual, maka produk yang bisa dikonsumsi akan dibagikan ke orang sekitar yang membutuhkan.
"Contohnya, misalkan karyawan-karyawan yang pada pengen bawa pulang untuk bagi keluarga atau orang sekitar kita perbolehkan untuk ambil. Dan juga kalau di mall kita suka bagi ke security," ujar pemilik bisnis ini.
Bisnis kuliner yang dimulai dari rumah itu kini bisa dibilang sukses. Bahkan saat ini Bonbonbites sudah memiliki empat cabang yang tersebar di beberapa daerah Jakarta. Mulai dari cabang Sedayu City, Kelapa Gading, Grand Indonesia West Mall, Gading Serpong, dan Puri Indah Mall 2 North Bridge.
Simak Video "Bikin Laper: Icip-icip Donat Bahagia"
[Gambas:Video 20detik]
(aqr/adr)





KIRIM RESEP
KIRIM PENGALAMAN