Makanan tradisional di beberapa negara sekarang dibatasi konsumsinya. Efeknya yang ekstrem pada tubuh hingga upaya konservasi jadi alasan aturan ketat konsumsinya.
Tradisi kuliner menjadi salah satu bagian yang selalu dibanggakan dari suatu budaya. Konsumsinya bahkan diwariskan secara turun temurun dan dijaga keberlangsungannya.
Namun ada beberapa makanan tradisional yang kini justru dibatasi. Sebab beberapa makanan dinilai terlalu ekstrem karena melibatkan mikrorganisme di dalamnya.
Ada juga penyajiannya yang diatur ketat karena kandungan racun di dalamnya. Namun, walaupun dibatasi, konsumsi beberapa makanan ini masih boleh dikonsumsi dengan syarat tertentu.
Berikut ini 5 hidangan tradisional yang konsumsinya mulai dibatasi:
1. Casu Marzu
Casu Marzu berasal dari Sardinia, Italia. Hidangan ini merupakan keju fermentasi ekstrem dengan melibatkan larva lalat hidup dalam proses pembuatannya.
Keju ini dibuat dari pecorino yang dibiarkan terbuka agar lalat Piophila casei bertelur di dalamnya. Larva yang menetas kemudian dimanfaatkan untuk mempercepat proses fermentasi sehingga teksturnya menjadi sangat lembut dan beraroma tajam.
Sayangnya, keju ini dianggap tidak aman karena larva hidup berpotensi tetap bertahan di saluran pencernaan manusia. Risiko infeksi usus memicu larangan resmi dari Uni Eropa untuk peredaran Casu Marzu secara luas.
2. Fugu
Fugu adalah ikan buntal yang terkenal karena mengandung racun tetrodotoxin di bagian organ tertentu. Kesalahan kecil dalam proses pemotongannya bisa membuat hidangan ini berubah menjadi mematikan.
Di Jepang, sebagai negara yang berani menyajikannya, hanya koki bersertifikat khusus yang boleh menangani dan menyajikan fugu.
Regulasi di Jepang sangat ketat dalam mengatur penjualan dan pengolahan fugu.
Pemerintah menetapkan lisensi khusus yang mengharuskan koki menjalani pelatihan bertahun-tahun. Walau berbahaya, fugu tetap menjadi hidangan mewah yang memiliki konsume khusus apalagi dalam budaya Jepang.
Simak Video "Santai Bareng Keluarga di Rumah Makan dengan Suasana Perkampungan"
(dfl/adr)