Perjuangan remaja pria ini tidak sia-sia. Meskipun hanya belajar masak otodidak lewat neneknya, tetapi keterampilan dan kegigihan membuatnya menang kompetisi masak bergengsi.
Tidak semua orang memiliki keterampilan masak. Bahkan chef profesional sekalipun butuh sekolah dan pengalaman lebih banyak untuk sukses. Namun keberuntungan dan kerja keras melekat pada remaja pria asal Singapura.
Ong Le Yang memiliki perjalanan panjang sampai ke titik suksesnya saat ini. Sementara banyak chef mengawali karir mereka di dapur profesional, perjalanan Le Yang dimulai dari rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mulai belajar masak otodidak dengan melihat neneknya membuat camilan, seperti kueh, tang yuan (kudapan berbentuk bundar dari tepung ketan), atau bak kwa (dendeng babi manis), lapor stomp.sg, Rabu, (16/7/2025).
Sejak umur delapan tahun Le Yang juga senang membantu ibunya menyiapkan makanan rumah. Bahkan dengan senang hati pria ini berkunjung ke restoran tze char bibinya untuk membantu.
Selain melihat dan membantu ibu dan bibinya, pria muda ini juga memasak. Hidangan pertama yang ia buat adalah pasta berbumbu dasar tomat sederhana.
Memasak sudah menjadi bagian dari hidupnya. Le Yang lalu mengambil Pendidikan Makanan dan Konsumen di sekolah menengah. Namun ia tetap menganggap dirinya telat terjun ke dalam industri ini. Karena itu, perjuangan terbesarnya adalah mengejar ketinggalan dan menjadi lebih baik.
![]() |
Beberapa tantangan berat yang ia lalui yaitu menghabiskan waktu magang di sebuah restoran berbintang Michelin di Singapura. Le Yang bekerja berjam-jam, dan sering memulai persiapan sejak pukul 09.30 pagi dan terkadang pulang dini hari.
"Ada malam saya akan pulang pukul 02.00 pagi dan berpikir haruskan saya benar-benar terus melakukan ini?" ujarnya kepada Stomp.
Dimarahi dan diteriaki juga sudah menjadi hal biasa yang ia hadapi di dapur. Namun menurutnya hal tersebut tidak seburuk yang dikira.
Magang enam bulan menjadi titik balik Utama Le Yang. Dalam dua bulan pertama, ia bahkan tidak bisa menyelesaikan daftar tugasnya di dapur.
"Saya hanya bisa menyelesaikan mungkin satu atau dua hal. Tetapi pada akhirnya, saya menyelesaikan semuanya,dan bahkan punya waktu luang untuk membantu orang lain dan memasak makanan staf yang rumit," jelasnya.
Perjuangannya tidak sia-sia karena Le Yang menang dalam kompetisi memasak bergengsi. Pria 19 tahun itu ikut kompetisi WorldSkills Singapura 2025. Ia hanya memiliki lima bulan untuk berlatih, tetapi memberikan penampilan mengesankan.
![]() |
Salah satu tantangan terberat saat kompetisi tersebut yaitu Le Yang perlu membuat empat jenis canape, masing-masing delapan buah. Jadi totalnya ia harus membuat 32 item. Terlebih ia hanya diberi waktu empat jam untuk membuatnya.
Selain itu, hidangan Salmon Wellington juga menurutnya cukup menantang. Meskipun begitu, pria muda ini akhirnya berhasil memenangkan medali perunggu dalam kompetisi tersebut.
"Semua kerja keras terbayar. Tidak hanya untuk saya, tetapi untuk dosen saya dan asisten saya," jelasnya.
Kini remaja tersebut sedang mengajar Diploma Teknis dalam Seni Kuliner dan Manajemen Restoran, sebuah program kolaborasi antara ITE dan Institut Lyfe bergengsi di Perancis. Impian kedepannya yaitu membuka restorannya sendiri dengan hidangan spesial yang melekat dengannya.
(aqr/adr)