Ada beberapa cara memasak yang dianggap sebagai alternatif untuk menyajikan makanan sehat. Faktanya cara memasak ini justru tidak direkomendasikan kesehatannya.
Dalam memasak banyak orang yang menginginkan makanannya lebih sehat. Minim minyak, tak memberi tambahan kalori, hingga aman untuk para pelaku diet yang sedang menurunkan berat badan.
Akhirnya banyak alternatif metode memasak yang bermunculan. Mulai dari alat-alat yang semakin canggih hingga berbagai mitos untuk cara memasak yang lebih sehat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktanya ada beberapa metode memasak yang dianggap sebagai alternatif untuk lebih sehat ini justru tak terlalu sehat. Beberapa ahli gizi sepakat bahwa metode memasak tersebut tidak disarankan jika hendak diandalkan sebagai cara mengolah asupan makanan yang rutin.
Berikut ini 5 metode memasak yang ternyata tak cukup sehat melansir Food NDTV:
![]() |
1. Air Frying
Kemunculan air fryer dianggap sebagai angin segar bagi para pelaku diet. Iming-iming memasak tanpa minyak yang lebih sehat ditawarkan hingga membuat banyak orang dengan mudah tergiur untuk menjadi penggunanya.
Padahal untuk menggunakan air fryer tetap membutuhkan setidaknya satu sendok teh minyak goreng jika ingin air fryer awet tahan lama. Selain itu memasak dengan air fryer tidak akan menghilangkan kandungan lemak jenuh di dalam makanan yang sudah terbentuk secara alami.
Menurut para ahli memasak dengan sirkulasi udara panas juga memiliki risiko tinggi untuk tidak mematangkan makanan dengan sempurna. Sehingga cara memasak ini tak bisa disebut benar-benar sehat tanpa minyak.
2. Membakar
Jauh dari penambahan minyak dan lemak jenuh pada asupan makanan memang benar didapatkan dari metode membakar. Tetapi ada ancaman lain dari terlalu sering mengonsumsi makanan yang dimasak dengan cara dibakar.
Memasak dengan suhu yang tinggi terutama langsung di atas api ternyata tidak cukup sehat untuk tubuh. Efek sampingnya dapat dirasakan pada jangka panjang dan cukup berbahaya untuk dilakukan.
Melalui proses pembakaran terbentuk komponen bernama heterocyclic amines dan polycyclic aromatic hydrocarbons yang terbukti dapat memicu penyakit serius. Disebutkan juga jika mengonsumsi bagian makanan yang gosong akibat pembakaran dapat memasukkan zat karsinogenik pemicu kanker ke dalam tubuh.
Penggunaan microwave hingga tingkat kematangan di halaman selanjutnya tak disarankan.
3. Teflon Anti Lengket
Dianggap lebih mudah dan tak merepotkan untuk digunakan memasak, wajan anti lengket diidam-idamkan banyak orang. Hampir seluruh dapur di dunia akan memiliki setidaknya satu wajan anti lengket untuk digunakan memasak di rumah.
Konon selain mudah dibersihkan, wajan anti lengket juga tidak membutuhkan minyak jika hanya ingin sekadar menumis saja. Tetapi jenis wajan ini seringkali dilapisi dengan polytetrafluoroethylene atau yang akrab dikenal teflon.
Komponen ini cukup berbahaya jika tercampur dalam makanan dan dikonsumsi masuk ke tubuh. Salah satu akses untuk masuknya komponen tersebut ke dalam tubuh alah ketika lapisannya rusak akibat gesekan spatula dan tercampur ke dalam makanan.
4. Microwave
![]() |
Tampak sederhana karena hanya tinggal memencet beberapa tombol saja. Microwave dapat diandalkan untuk memasak maupun hanya sekadar menghangatkan makanan yang ingin dimakan pada waktu selanjutnya.
Sayangnya penggunaan microwave ternyata tak terlalu disarankan oleh ahli. Konon ada beberapa dampak yang dihasilkan oleh penggunaan microwave terlalu sering untuk asupan makanan sehari-hari.
Makanan yang dimasak atau dipanaskan dengan microwave berpotensi kehilangan nutrisinya, hangat tidak merasa, serta rentan akan paparan bahan kimia dari wadah makanannya. Sehingga penggunaan microwave juga perlu diperhatikan dari penggunaan wadah makanan serta tak boleh dilakukan terlalu sering.
5. Makanan Terlalu Matang
Memang dibenarkan ada banyak ancaman dibalik konsumsi makanan yang kurang matang. Seperti telur, ayam, daging, dan ikan yang mampu memaparkan bakteri salmonella ke dalam tubuh konsumennya.
Tetapi mengonsumsi makanan yang terlalu matang sekalipun juga tidak baik untuk kesehatan. Makanan yang terlalu matang dapat menghilangkan sebagian besar kandungan nutrisinya, mengurangi rasa makanan, hingga berpotensi menciptakan komponen kimia yang berbahaya.
Memasak makanan cukup dilakukan sampai matang sewajarnya saja. Akan jauh lebih baik jika terbiasa memasak menggunakan termometer dan timer untuk memastikan suhu serta durasi memasaknya tak berlebihan.
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/odi)