Perusahaan ini menciptakan kedelai hasil rekayasa yang mengandung protein babi. Terdapat warna merah muda pada bagian tengah kacang kedelainya.
Kedelai merupakan salah satu tanaman jenis kacang-kacangan. Selain bisa dimakan langsung, kedelai juga dapat diolah menjadi berbagai produk turunan.
Mulai dari tahu, tempe, susu, dan kecap. Kedelai kaya akan nutrisi. Dalam 100 gramnya terdapat 6 gram serat, 6 mg vitamin C, 280 gram magnesium, dan 36 gram protein.
Jumlah protein dalam kedelai sudah terbilang tinggi. Namun, sebuah perusahaan Eropa menciptakan kedelai dengan menambah kadar protein hewani, yakni menggunakan protein babi.
Baca Juga: Kreasi Hidangan Tempe Asli Indonesia Disajikan di Restoran Berbintang
"Protein hewani mencapai tingkat ekspresi tinggi hingga 26,6% dari total protein larut dalam biji kedelai, ini empat kali lebih tinggi dari yang diproyeksikan semula," ujar perusahaan yang bernamaMoolec Science.
Perusahaan yang berkantor pusat di Luksemburg itu menunjukkan perbedaan pada kedelai hasil rekayasanya. Di bagian tengah kedelainya terdapat warna merah muda.
Sementara kacang kedelai normal hanya berwarna putih atau krem. Karenanya, perusahaan Moolec menamai kedelai ciptaannya tersebut dengan sebutan Piggy Soy.
Menurut mereka, ini merupakan bukti nyata dan visual bahwa teknologi Moolec memiliki kapasitas untuk mencapai hasil yang signifikan pada tanaman untuk menghasilkan protein daging.
Baca Juga: Keren! Tempe Diolah Jadi Dessert yang Cantik dan Kaya Nutrisi
"Dengan pencapaian yang luar biasa ini, Moolec mengkonsolidasikan posisinya sebagai pencipta kategori," ujar Chief Executive Officer Moolec, Gastón Paladini.
Dikutip dari The Western Producer (28/07/23), ilmuwan Moolec memasukkan DNA protein babi ke dalam kode genetik kedelai untuk membuat Piggy Soy.
"Setiap protein dipilih untuk menambah nilai dalam hal fungsionalitas yang ditargetkan seperti rasa, tekstur, dan nilai gizi," ujar Moolec lebih lanjut.
Mereka juga menuturkan bahwa mereka menanam tanaman dengan menjaga protein tanaman asli termasuk protein hewani. "Kami memproduksi dengan menggunakan teknik pertanian tradisional," tuturnya.
Awal tahun ini, Moolec sudah go public. Kedelai yang mengandung protein babi hasil ciptaannya itu diperdagangkan di NASDAQ Capital Markets.
Moolec mengatakan bahwa para penelitinya telah mengerjakan teknologi tersebut selama lebih dari satu dekade. Namun, menambahkan protein babi ke tanaman kedelai ini masih terbilang baru.
Karenanya mereka memungkinkan adanya hambatan teknis untuk komersialisasi. Misalnya, tidak disebutkan bagaimana DNA protein babi memengaruhi kinerja agronomi kedelai.
Jauh dari itu, masalah peraturan bisa menjadi hambatan yang lebih besar. Beberapa perusahaan ilmu tanaman telah meninggalkan tanaman hasil rekayasa genetika karena biaya dan waktu yang diperlukan untuk mendapat persetujuan.
Sebab diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mendaftarkan sifat tanaman yang dikembangkan dengan teknologi GM. Biayanya pun bisa mencapai puluhan juta dolar.
Baca Juga: Mari Menempe! Tips Bikin Tempe Kacang Merah dan Hijau dari Pakar
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
(raf/odi)