Bukan saat lebaran Idul Fitri, sebagian masyarakat Indonesia ada yang baru menyantap ketupat seminggu setelah lebaran. Lantas, bagaimana hukum merayakannya?
Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi yang berbeda-beda saat merayakan lebaran Idul Fitri. Umumnya ketupat selalu menjadi makanan ikon yang dihidangkan saat lebaran Idul Fitri.
Namun, sebagian masyarakat Indonesia baru menikmati ketupat ketika seminggu setelah lebaran Idul Fitri. Momen tersebut dikenal sebagai lebaran ketupat. Bagaimana momen ini dalam pandangan Islam?
Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jawa Timur, KH Ma'ruf Khozin mengatakan bahwa lebaran ketupat bukan sebuah ibadah. Jadi, tidak ada unsur-unsur ibadah seperti takbiran, salat dan lainnya.
Baca Juga: 5 Jenis Ketupat dari Berbagai Daerah yang Ada Saat Lebaran
"Perayaan ketupat bukan tambahan ibadah. Ini hanya tradisi menghantarkan sedekah makanan berbentuk ketupat," ujar Kiai Ma'ruf seperti yang dikutip dari MUI Jatim (08/05/20).
Momen lebaran ketupat ini juga dijelaskan lewat fatwa ulama Al-Azhar Mesir, Syekh Athiyyah. Ia mengatakan bahwa hukum merayakan hari besar yang kaitannya dengan agama ada dua pandangan.
Pertama, ada dijelaskan dalam agama seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Kedua, tidak dijelaskan dalam agama seperti hijrah, Isra' dan Mi'raj serta Maulid Nabi.
"Perayaan yang dijelaskan dalam Islam hukumnya disyariatkan dengan syarat dilakukan sesuai perintahnya. Dan perayaan yang tidak dijelaskan dalam Islam maka bagi Islam ada 2 pendapat,".
Baca Juga: Ketupat Lebaran dengan Lauk Komplet Dirindukan Semua Orang
Ada yang melarang karena dianggap bid'ah dan ada pula yang membolehkan karena tidak ada dalil yang melarangnya. Jadi kesimpulannya adalah apapun bentuk perayaannya yang baik adalah tidak masalah.
Selama tujuan perayaan tersebut sesuai dengan syariat dan rangkaian acaranya masih dalam koridor Islam. "Boleh saja peringatan itu disebut perayaan. Sebab yang dinilai adalah subtansinya bukan namanya," bunyi fatwa tersebut.
Lebih lanjut, Kiai Ma'ruf juga menegaskan bahwa hari raya ketupat sekadar bentuk mempererat tali silaturahmi ke tetangga dan kerabat dengan menyuguhkan makanan khas seperti ketupat.
Lantas, bagaimana dengan pemahaman bahwa Nabi Muhammad SAW yang hanya mengakui 2 hari raya dan tidak mengaku selain Idul Fitri dan Idul Adha. Berikut dalilnya:
"Sesungguhnya bagi setiap kaum memiliki hari raya. Dan ini adalah hari raya kita," (HR Bukhari dan Muslim).
Terkait hal tersebut mufti Al-Azhar menjelaskan bahwa tidak ada dalil yang melarang untuk menampakkan rasa bahagia di hari raya tersebut.
"Sungguh Al-Qur'an telah menegaskan kebahagiaan umat Islam atas pertolongan Allah yang diberikan kepada bangsa Romawi atas kemenangan mereka setelah sebelumnya mereka kalah, yang dijelaskan dalam permulaan surat Ar-Rum. (Fatawa Al-Azhar, juz 10, halaman: 160).
Baca Juga: Unik dan Enak! Ini Ketupat Kandangan Khas Kalimantan Selatan
Simak Video "Alasan Ketupat Jadi Makanan Identik saat Lebaran "
(raf/odi)