Gorengan yang terkenal sebagai camilan enak ternyata memiliki sejarah panjang. Ternyata camilan gurih itu berasal dari China. Begini perjalanan panjangnya hingga populer.
Gorengan menjadi camilan yang identik dengan jajanan kaki lima Indonesia yang murah meriah. Ternyata gorengan bukan berasal dari Indonesia, ada pengaruh budaya lain yang menjadi cikal bakal kehadiran gorengan.
Indonesia sendiri memang dikenal sebagai negara yang sangat terbuka dengan budaya yang lain. Selama praktik budayanya berlaku sesuai norma dan aturan yang berlaku maka tidak menutup kemungkinan kehadiran sebuah budaya akan melebur dengan budaya asli Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Termasuk pada budaya kuliner Indonesia yang salah satu camilannya populer disebut gorengan. Gorengan tidak datang dari budaya asli Indonesia. Gorengan pertama kali dikenalkan oleh orang China yang merantau masuk ke Indonesia.
Baca juga: 7 Menu Diet Mawar AFI yang Turun BB 7 Kg dalam 3 Bulan!
Berawal dari Pemanfaatan Sisa Minyak
![]() |
Teknik memasak dengan cara menggoreng merupakan salah satu teknik memasak yang paling sering dilakukan oleh orang China Sedangkan di Indonesia sendiri pada awalnya teknik memasak yang digunakan adalah merebus, mengukus, membakar dan mengasap.
Melihat sisa minyak bekas penggunaan yang masih layak membuat orang China berinisiatif untuk mengumpulkan minyak-minyak tersebut menjadi satu. Hasil dari proses pengumpulan minyak tersebut yang membuat mereka mulai melakukan teknik menggoreng dengan banyak minyak.
"Jadi teknik menggoreng itu berasal dari kebiasaan orang Tionghoa. Nah, menggoreng dengan minyak banyak seperti ketika membuat gorengan berasal dari pengumpulan minyak bekas memasak yang masih layak digunakan. Minyaknya masih bersih, baru beberapa kali penggorengan saja," kata Wira Hardiyansyah selaku traveling chef kepada detikcom (8/12).
Praktik ini juga dilakukan oleh orang-orang China yang masuk dan merantau ke Indonesia. Rasa hasil gorengan yang gurih, hangat dan renyah ternyata berhasil memikat nafsu makan orang Indonesia dari berbagai inderanya. Baik lidah, penciuman, penglihatan hingga suara renyah yang dibuat.
Berkembang dari Daerah Pesisir
![]() |
Pada masa lampau para perantau yang masuk ke Indonesia masih menggunakan kapal laut sehingga lokasi pertama yang akan dikunjungi adalah pesisir pantai. Maka lokasi ini yang kemudian akan mendapatkan pengaruh besar dari para perantau terutama orang-orang Tionghoa.
Keterbatasan transportasi membuat banyak orang China harus bertahan hidup di daerah pesisir. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama itu berjualan menjadi cara yang dipilih orang Tionghoa untuk mendapat pemasukan dan mencukupi kebutuhan hidupnya salah satunya dengan berjualan gorengan atau makanan yang digoreng.
Tetapi kondisi perekonomian masyarakat lokal yang dahulu masih serba sulit membuat orang-orang China ini menginovasi dengan bahan-bahan yang lebih murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Inovasi yang dilakukan orang Tionghoa tersebut yang ternyata disukai oleh masyarakat Indonesia dan berhasil populer hingga sekarang.
"Misalanya seperti bakwan. Nama bakwannya sendiri itu sudah salah, bak artinya daging. Bakwan sebenarnya adalah bakso goreng. Hanya saja kondisi perekonomian yang kurang bagus saat itu membuat daging yang digunakan pada bakwan diganti dengan sayuran agar lebih murah dan ternyata berhasil disukai banyak orang bahkan sampai sekarang," jelas Wira.
Setelah populer di kawasan pesisir, baru kemudian banyak perantau yang bergeser ke daerah pedalaman dan ke bukit atau pegunungan sehingga teknik menggoreng menjadi dikenal lebih luas lagi. Tetapi fakta uniknya, sejak zaman dulu hingga sekarang gorengan ternyata hanya populer di sebagian wilayah Indonesia saja yang memang mendapatkan akses mudah terhadap minyak goreng.
Baca juga: Viral Potret Dapur Restoran Mirip 'Kapal Pecah', Netizen Merasa Miris
Perkembangannya Penuh Trik Marketing
![]() |
Berawal dari kreasi penggunaan bahan yang menyesuaikan dengan kondisi perekonomian saat itu, gorengan perkembang pesat dengan berbagai inovasi yang dilakukan banyak orang. Contoh gorengan yang paling banyak variasinya adalah bakwan, bala-bala atau ote-ote yang awalnya hanya dari olahan sayuran dengan adonan tepung terigu.
"Gorengan itu sebenarnya dipengaruhi trik marketing dalam perkembangan variasinya. Gorengan dibuat berdasarkan bahan-bahan yang awalnya dicoba untuk diolah dan ternyata disukai oleh masyarakatnya. Seperti tempe goreng, tahu walik, bakwan jagung dan lainnya. Semua ini berawal dari selera dan referensi cita rasa sendiri yang berhasil populer," lanjut Wira.
Termasuk beberapa perkembangan buah-buahan goreng yang akhir-akhir ini mulai banyak bermunculan. Minat masyarakat yang berusaha ingin makan enak dengan cara yang lezat membuat banyak orang berusaha berinovasi dengan berbagai trik untuk menarik perhatian lebih banyak orang salah satunya menyulap buah-buahan menjadi gorengan.
Wira juga menyebut inovasi gorengan sebagai trik marketing adalah karena olahan baru dari berbahan bahan makanan yang selalu berhasil membuat orang penasaran ingin mencoba bahkan hingga ketagihan. "Sederhananya tahu goreng dengan tahu isi itu kan sama-sama tahu. Cuma karena tahunya diberi isian yang sudah dibumbui dan rasanya lebih enak jadi banyak orang yang suka," tegas Wira.
Kudapan yang Selalu 'Disalahkan'
![]() |
Walaupun populer sebagai camilan yang dinikmati oleh sejuta umat. Tetapi proses penggorengan yang menggunakan minyak banyak seringkali juga membuat orang-orang berpikir dan takut akan efek samping yang mengganggu kesehatannya.
"Makanan Indonesia yang banyak minyak dan lemak selalu disalahkan dan dibilang makanan yang nggak sehat. Padahal makanan itu nggak salah yang salah orangnya. Kambing mengandung kolesterol itu ya sudah takdirnya, gorengan yang juga dibilang sumber kolesterol cuma benda mati. Keputusan untuk pola makan hanya bisa diatur oleh orangnya," kata Wira.
Wira menjelaskan makanan yang tidak sehat itu adalah makanan yang dikonsumsi secara berlebihan. Untuk menikmati gorengan juga ada trik yang bisa dilakukan guna meminimalisir efek dari lemak jenuh pada minyak gorengnya.
Wira memberikan tips untuk selalu meniriskan gorengan sampai benar-benar tiris dan tidak ada minyak yang terjebak di dalamnya. Jika gorengan yang akan dinikmati berasal dari pedagang gorengan disarankan untuk memilih gorengan di bagian atas karena akan lebih sedikit minyaknya.
"Kalau mengambil gorengan di bagian bawah itu kan dia kena tetesan minyak dari yang atas, otomatis kandungan minyaknya jadi lebih banyak. Intinya, jangan menyalahkan makanannya tapi pola makan kita yang harus dijaga," pungkas Wira.
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/odi)