Makanan legendaris ini datang dari Bumi Bung Karno. Bernama Soto Bok Ireng, soto yang dilengkapi daging dan jeroan ini sudah eksis sejak tahun 1940-an.
Soto menjadi comfort food orang Indonesia yang juga sudah menjadi ciri khas pada setiap daerah. Di Indonesia ada banyak sekali jenis soto, bahkan di setiap daerah disajikan dengan cara berbeda.
Hangatnya kuah soto membuat mulut terasa nyaman dan tubuh ikut merasa rileks. Di Blitar ada sebuah soto yang konon sudah dijual, bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soto di sini menjadi menu sarapan hingga makan siang yang digemari masyarakat setempat dan wisatawan yang sedang berkunjung ke Blitar. Bernama Soto Bok Ireng, ada keaslian rasa yang terus dijaga hingga 82 tahun lamanya secara turun temurun.
![]() |
Berjualan sejak tahun 1940an
Menempati sebuah bangunan sempit tepat di persimpangan lampu merah, ada sebuah kedai yang ditutupi oleh spanduk besar. Pada spanduk tersebut tertulis "Soto Bok Ireng Yang Lama". Saat detikfood mampir (30/9), kondisi warung soto sedang dipadati pengunjung hingga sebagian lainnya harus antre demi mendapatkan tempat duduk.
Bukan pemiliknya yang bernama Mbok Ireng. Nama 'Bok Ireng' ternyata diambil dari jembatan berwarna hitam yang berada di sisi warungnya. Dalam bahasa Jawa 'Bok' berarti jembatan dan 'Ireng' berarti hitam. Jembatan tersebut menjadi identitas tempat ditawarkannya soto berisi daging dan jeroan sapi ini.
Soto Bok Ireng dikatakan oleh pemiliknya, Kayatin, sudah hadir sejak tahun 1940an. Saat itu warung soto ini dikelola ibunya dan masih dijajakan secara kaki lima dengan gentong yang dipikul.
"Saya sudah berjualan selama 40 tahun, meneruskan usaha ibu saya. Sekarang usia saya sudah 77 tahun," kata Kayatin.
Penasaran dengan slogan 'Yang Lama' kami mencoba bertanya apakah ada Soto Bok Ireng yang baru atau cabang lain? Ternyata tak ada gerai Soto Bok Ireng lainnya, hanya saja untuk membuat para pembeli tak terkecoh dengan soto serupa.
Keaslian rasanya dijaga turun temurun
![]() |
Seluruh resep, bumbu hingga bahan pelengkap yang digunakan di sini tak ada satupun yang berubah. Kayatin mengatakan dirinya hanya ingin terus menjaga keaslian resep hingga seluruh proses memasak sama seperti saat ibunya memasak soto sejak zaman dahulu.
Mulai dari gentong untuk kuah soto, bakul nasi, hingga pikulannya masih menggunakan peralatan yang digunakan oleh ibu dari Kayatin dahulu. Hanya saja karena termakan usia, bambu penyangga pikulan yang sudah diganti 3 kali tetapi tidak dengan bagian pikulan yang lain.
Cara menjaga kuah sotonya tetap hangat juga masih menggunakan kayu bakar dan bara api. Gentong berukuran sangat besar diposisikan miring agar memudahkan Kayatin menciduk kuah soto untuk dituang ke mangkuk makanan pelanggan.
Bagi Kayatin, duduk di dekat bara api dari pagi hingga siang hari tidak lagi terasa panas. Dirinya yang sudah bersahabat dengan bara api selama 40 tahun lamanya tak terlihat merasa kegerahan sekalipun sambil menyiapkan soto-soto pesanan pelanggannya.
Salah satu hal unik yang kami temukan saat mengunjungi gerai soto ini adalah penggunaan kecap yang bahkan tidak sembarangan. Kecap lokal dengan merek Kecap Extra digunakan oleh Kayatin dan menurutnya rasanya akan berubah jika kecapnya diganti.
"Bumbunya dan semua ya sesuai yang ibu saya pakai, saya pakai sendiri juga. Iya (resepnya) turun temurun. Tidak diganti-ganti," kata Kayatin.
Simak Video "Aneka Chinese Food Murah Meriah di Jakbar"
[Gambas:Video 20detik]