Belakangan viral di media sosial produk minuman Starbucks kalengan yang dijual di minimarket. Disebut sebagai Starbucks versi 'BPJS', harganya cuma Rp 15 ribu. Kok bisa murah ya?
Beragam minuman kopi di gerai Starbucks dijual dengan harga relatif mahal. Setidaknya harus mengeluarkan Rp 30-40 ribuan untuk menikmati minuman kopi kekinian di sini.
Belum lagi jika memilih varian yang ditambahkan aneka rasa, sirup, atau topping. Bukan tidak mungkin harga segelas kopi jadi Rp 70 ribu! Akibatnya banyak netizen mencap Starbucks sebagai gerai kopi premium yang targetnya bukan kaum 'mendang-mending'.
Tapi kini Starbucks menghebohkan publik, khususnya pencinta kopi, karena mengeluarkan Starbucks kalengan yang dijual di minimarket. Minuman ini merupakan varian Doubleshot Espresso dengan dua pilihan rasa, Espresso Latte dan Mocha.
Harga Starbucks kalengan pun jauh lebih murah, hanya Rp 15 ribu. Lantas bagaimana bisa produk ini dibanderol lebih rendah dari harga minuman yang dijual di gerai Starbucks langsung?
Kepada detikfood (21/9), Arto Biantoro selaku aktivis brand lokal memberikan pendapatnya. Ia mengatakan kolaborasi Starbucks dengan perusahaan ritel besar, Nestle, menjadi faktornya.
Pada tahun 2018, Starbucks bekerja sama dengan Nestle untuk memproduksi Starbucks kalengan. "Dan kalau nggak salah, lewat kerja sama dengan Nestle setahu saya, di tahun 2018 itu, kerja sama ini kemudian menghasilkan apa yang kita lihat sekarang. Pabriknya ada di Indonesia. Jadi proses produksinya murah, harga jualnya bisa lebih kompetitif," katanya.
Hal ini berbeda dengan percobaan Starbucks sebelumnya yang juga meluncurkan minuman ready to drink dalam kemasan botol kaca. Hanya saja pada saat itu harganya masih mahal. Langkah ini dianggap kurang berhasil karena menyamai harga kopi Starbucks yang dibeli di gerainya langsung.
Ia menilai, pada kerja sama antara Starbucks dan Nestle kali ini memungkinkan Starbucks kalengan bisa sukses di pasaran dengan harga jual lebih murah.
"Sudah biasa untuk brand besar dan global itu punya kategori yang tinggi sekali sizenya dari sisi pasar. Artinya spektrumnya luas dari premium market, sampai yang middle, low market. Biasanya mereka bisa mensupport," kata Arto Biantoro.
Dihubungi terpisah oleh detikfood, (21/9) Vidi Prima Lestari Putri selaku manajer Public Relations Starbucks Indonesia membenarkan kehadiran produk Starbucks kalengan yang dijual lebih murah ini.
"Untuk produk Starbucks RTD atau Ready-To-Drink tersebut memang sudah ada di beberapa convenience store di Indonesia. Tapi produk tersebut tidak berada di bawah lisensi PT Sari Coffee Indonesia (yang membawahi gerai Starbucks pada umumnya)," katanya.
(adr/odi)