Starbucks Jual Kopi Kalengan Versi BPJS, Ini Kata Pakar Brand Lokal

Starbucks Jual Kopi Kalengan Versi BPJS, Ini Kata Pakar Brand Lokal

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Kamis, 22 Sep 2022 11:30 WIB
Starbucks Kalengan Versi BPJS Lagi Viral, Begini Rasanya
Foto: Andi Annisa DR/detikfood
Jakarta -

Starbucks merambah produk minuman siap minum (ready to drink) yang dijual di minimarket. Dengan harga Rp 15 ribu saja, penikmat kopi bisa mencicipinya. Ini tanggapan pakar brand lokal.

Baru-baru ini heboh di media sosial Starbucks versi BPJS alias minuman Starbucks kalengan yang dijual murah di minimarket. Disebut BPJS (Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita) lantaran minuman ini konon bisa mengakomodir mereka yang mau ngopi premium, tapi dengan harga murah.

Bagaimana tidak? Starbucks yang biasanya dijual mulai dari Rp 40 ribuan di gerainya, kini bisa dibeli seharga Rp 15 ribu saja untuk versi minuman kaleng. Varian yang tersedia adalah Doubleshot Espresso rasa Espresso Latte dan Mocha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keputusan Starbucks untuk merambah pasar minimarket ini menarik para penggemar kopi sekaligus pengamat brand. detikfood menghubungi Arto Biantoro (21/9) selaku aktivis brand lokal untuk menanyakan pendapatnya soal ini.

Menurut Arto Biantoro, kehadiran Starbucks kalengan di minimarket tentu sebuah langkah untuk memperluas pasar, tapi sekaligus juga demi memperkuat ekuitas brand Starbucks itu sendiri di pasaran kopi.

ADVERTISEMENT

"Jadi Starbucks mungkin di bayangan saya ingin merambah dari premium market sampai ke market yang ada di bawahnya. Dan itu sebenarnya sah-sah saja. Memang biasanya dilakukan brand-brand yang memiliki kekuatan ekuitas, brand yang sudah populer, dia kemudian memperbesar kemampuannya atau kekuatannya dengan merambah pasar. Dan itu sekali lagi hal yang wajar," ucapnya.

Starbucks Kalengan Versi BPJS Lagi Viral, Begini RasanyaStarbucks kalengan versi BPJS hadir dalam rasa Mocha dan Espresso Latte. Foto: Andi Annisa DR/detikfood

Langkah ini juga dinilai Arto Biantoro sebagai hal wajar dalam proses pengembangan usaha. Arto berujar, "Ada yang namanya brand extension, line extension, dan category extension. Dan brand seperti Starbucks yang punya global present itu sebenarnya sudah di dalam level mereka sudah mampu mengembangkannya ke sana."

Ia juga mengamati kalau Starbucks sebelumnya sudah pernah mengeluarkan minuman ready to drink lain dalam kemasan botol kaca, tapi pada saat itu harganya masih mahal. Langkah ini dianggap kurang berhasil karena menyamai harga kopi Starbucks yang dibeli di gerainya langsung.

Kemudian pada tahun 2018, Starbucks bekerja sama dengan Nestle untuk memproduksi Starbucks kalengan seperti yang sekarang. "Dan kalau nggak salah, lewat kerja sama dengan Nestle setahu saya, di tahun 2018 itu, kerja sama ini kemudian menghasilkan apa yang kita lihat sekarang. Pabriknya ada di Indonesia. Jadi proses produksinya murah, harga jualnya bisa lebih kompetitif," katanya.

Arto menyoroti bahwa Starbucks jeli melihat pola dan kebiasaan konsumen sebelum meluncurkan Starbucks kalengan ini. "Karena ada konsumen yang datang ke kafe, mereka duduk-duduk nongkrong untuk membahas, tapi ada juga profil customer yang grab and go, which is yang ada di minimarket dan titik-titik lain. Nah ini dua behavior yang berbeda. Dalam dunia ritel, memahami behavior adalah kunci keberhasilan," tegasnya.

Ia meyakini bahwa Starbucks tidak 'bermain sendiri'. Selain sudah melakukan studi pasar, mereka juga melakukan kerja sama strategis dengan brand yang memiliki kemampuan ritel cukup baik, khususnya di Indonesia. "Dan itulah yang terjadi sekarang, kita bisa melihat produk itu di pasar," sambungnya.

Apakah langkah Starbucks jual Starbucks kalengan sudah tepat? Simak pendapat Arto di halaman selanjutnya.


Hide Ads