Warga NTT Olah Pohon Lontar Jadi Gula Merah, Begini Cara Buatnya

Warga NTT Olah Pohon Lontar Jadi Gula Merah, Begini Cara Buatnya

Inkana Izatifiqa R Putri - detikFood
Minggu, 04 Sep 2022 15:17 WIB
Beda halnya dengan gula merah pada umumnya, masyarakat NTT tidak menggunakan nira kelapa, melainkan nira dari pohon lontar atau yang disebut juga tuak
manis. Yang menjadi ciri khas, gula merah di NTT berbentuk lempeng, Minggu, 4/9/2022.
Foto: Andhika Prasetia
Timor Tengah Utara -

Gula merah sering kali disebut dengan gula Jawa. Padahal, gula merah bukan hanya diproduksi oleh masyarakat Pulau Jawa saja, melainkan juga di luar Jawa seperti halnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun beda halnya dengan gula merah pada umumnya, masyarakat NTT tidak menggunakan nira kelapa, melainkan nira dari pohon lontar atau yang disebut juga tuak manis. Selain berbeda bahan pembuatannya, gula merah di NTT juga biasanya berbentuk lempeng sehingga banyak masyarakat di sini yang menyebutnya gula lempeng.

Salah seorang pembuat gula merah di Wini, NTT, Adrian mengatakan untuk membuat gula merah, ia perlu mengumpulkan dahulu nira dari pohon lontar. Caranya, tangkai bunga dibersihkan, lalu disayat tipis hingga mengeluarkan nira. Air nira ini nantinya akan ditampung di wadah seperti botol atau jeriken.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Pertama), bersihkan habis, dipotong, baru kita bisa dapat airnya. Setelah air didapat masih berbentuk tuak manis. Lalu, kami olah dan masak baru tuak manis tersebut jadi gula merah," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.

Adapun nira yang telah terkumpul nanti akan dimasukkan ke dalam dandang untuk dimasak. Bersama istri dan anaknya, Adrian memasak menggunakan tungku dan kayu bakar yang ia ambil di tanjung.

ADVERTISEMENT

Selama proses masak, gula merah harus sering diaduk hingga berubah warna menjadi coklat dan sedikit mengental. Jika sudah mengental, gula merah dipindahkan ke wadah yang terbuat dari batok kelapa. Selanjutnya, gula merah akan diaduk lagi menggunakan alu (alat penumbuk) hingga benar-benar mengental dan siap dicetak.

"Proses masaknya tergantung air tuak, kalau sedikit hanya 2-3 jam sudah bisa jadi gula. Kalau airnya banyak kita proses masak bisa sampai 4-5 kali. Kalau airnya sedikit hanya 1-2 kali karena gula merah ini tergantung hasil airnya," jelasnya.

Beda halnya dengan gula merah pada umumnya, masyarakat NTT tidak menggunakan nira kelapa, melainkan nira dari pohon lontar atau yang disebut juga tuakmanis. Yang menjadi ciri khas, gula merah di NTT berbentuk lempeng, Minggu, 4/9/2022. Foto: Andhika Prasetia

Setelah adonan gula mengental, nantinya gula akan dicetak berbentuk lempeng. Uniknya, alat cetaknya pun masih memanfaatkan bahan tradisional, yaitu daun pohon lontar yang dibentuk lingkaran. Nantinya, gula merah akan dicetak di dalam lingkaran tersebut sehingga berbentuk lempengan.

Adrian mengatakan dalam satu hari biasanya ia dapat membuat 100-200 lempeng gula merah. Biasanya gula merah ini akan dijual ke para penjual untuk dijual kembali di pasar. Untuk 1 kg gula merah yang berisi 17 lempeng, Adrian menjual dengan harga Rp 15 ribu. Dalam sebulan, ia dapat menghasilkan Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta dari berjualan gula merah.

Meski bisnis gula merah ini tak perlu memerlukan banyak modal lantaran dirinya memiliki pohon lontar sendiri, namun Adrian mengaku sempat kesulitan modal untuk mengembangkan usahanya. Akhirnya, ia pun meminjam KUR dari BRI senilai Rp 5 juta.

"Kami pinjam sekitar Rp 5.000.000, di bulan November 2021. Pinjaman ini digunakan untuk mendukung memajukan usaha gula merah kami ini, untuk biaya angkutan muat kayu, pembelian dandang dan pastinya sangat membantu," katanya.

Berkat pinjaman ini, Adrian pun kini telah memiliki tempat memasak gula lempeng di samping rumahnya. Mengingat sebelumnya tempat untuk memasak gula menyatu dengan ruang tidur keluarganya. Tak hanya itu, ia memiliki 3 dandang yang digunakan untuk memasak nira.

"Terima kasih banyak atas bantuan BRI karena telah membantu usaha kami," tutupnya.

Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!




(akn/ega)

Hide Ads