5 Fakta Nasi Jangkrik Favorit Sunan Kudus yang Sarat Makna Toleransi

Kuliner Pusaka Indonesia

5 Fakta Nasi Jangkrik Favorit Sunan Kudus yang Sarat Makna Toleransi

Diah Afrilian - detikFood
Kamis, 18 Agu 2022 15:30 WIB
Jajan Nasi Jangkrik yang Gurih Sedap di Angkringan Kidul Sucen
Foto: detikFood/Dian Utoro Aji
Jakarta -

Sunan Kudus memiliki cara unik dalam menyebarkan ajaran Islam melalui makanan. Bernama nasi jangkrik, hidangan ini punya banyak makna yang mengajarkan toleransi beragama.

Pada masa lampau, wali songo berupaya sangat keras untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa. Menyadari bahwa untuk menyebarkan agama Islam butuh cara-cara khusus agar diterima dengan baik, para wali punya caranya masing-masing untuk melakukan syiar.

Salah satunya adalah Sunan Kudus yang melakukan pendekatan dengan cara menyajikan makanan yang lezat. Tidak hanya sekadar lezat, nasi jangkrik yang menjadi makanan favorit Sunan Kudus ini juga sarat makna di balik bungkusan daun jatinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain dibuat mengenyangkan, elemen-elemen lauk pendampingnya disebutkan memiliki artinya masing-masing. Tidak hanya menggambarkan ajaran Islam tetapi ada juga makna-makna yang diambil sebagai maksud untuk mempersatukan berbagai agama yang dipercaya oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya.

Berikut ini 5 fakta nasi jangkrik kesukaan Sunan Kudus yang dirangkum dari berbagai sumber:

nasi jangkrik khas Kudus buat sarapanDibalik porsinya yang kecil, nasi jangkrik ternyata sarat makna. Foto: Instagram

1. Asal usul nama yang unik

Awalnya nasi jangkrik juga disebut sebagai sego menoro karena selalu dibagikan setelah acara keagamaan di menara Kudus. Tetapi karena bentuknya yang kecil dan kini banyak diperjual belikan saat malam hari maka masyarakat Kudus menyebutnya dengan nasi jangkrik.

ADVERTISEMENT

Selain itu ada juga yang menyebutkan bahwa nama 'Jangkrik' diambil dari ungkapan yang merupakan umpatan khas di Jawa Timur untuk mengekspresikan soal rasa, sikap atau hal lain yang mengejutkan. Salah satu penjual nasi jangkrik, Said, mengatakan bahwa nama 'jangkrik' muncul ketika ada salah satu hadirin di menara Kudus yang menyebut kata 'jangkrik' ketika pertama kali mencicipi nasi yang lezat ini.

Tetapi Said juga mengatakan selain itu nama nasi jangkrik juga diambil dari topping bawang goreng di bagian atas nasi. Warnanya yang cokelat dan kecil-kecil disebut mirip dengan bulu binatang jangkrik yang cokelat dan mengkilap.

2. Media dakwah

Nasi jangkrik dikenal disajikan dengan cara dibungkus daun jati dan porsi yang sangat kecil. Nasi jangkrik pada pertama kali kemunculannya juga dibagikan setelah Sunan Kudus menyelenggarakan acara keagamaan di menara Kudus.

Ternyata arti dari porsi yang kecil ini sengaja dibuat agar seluruh orang yang datang dapat mendapatkan secara rata. Selain itu melalui bungkusan nasi jangkrik, Sunan Kudus juga menyampaikan firman Allah SWT yang dijelaskan dalam Alquran.

Pada surat Al A'raf ayat 31 disebutkan bahwa Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Ayat Alquran ini yang biasanya akan disampaikan oleh Sunan Kudus setelah membagikan nasi jangkrik kepada hadirin yang ikut serta dalam acara keagamaan di malam tersebut.

Baca juga: Netizen Ini Mendadak Viral Setelah Bagikan Cara Kocak Masak Mie

Fakta tentang nasi jangkrik lainnya bisa dilihat pada halaman selanjutnya.

3. Menghormati umat Hindu

Menara Kudus terkenal dengan bentuknya yang unik arena menyatukan dua ajaran agama di satu tempat yang sama. Menara Kudus yang akrab dengan ajaran Hindu berdampingan dengan Masjid Kudus yang digunakan oleh umat Muslim untuk beribadah hingga melakukan acara keagamaan.

Untuk menghormati orang Hindu, Sunan Kudus menyajikan nasi jangkrik tanpa menggunakan daging sapi. Sebagai hewan yang dimuliakan dalam ajaran Hindu, Sunan Kudus akhirnya menggantikan daging sapi dengan daging kerbau yang dipotong dadu maupun disuwir.

Bahkan pada saat melakukan syiar, Sunan Kudus memelihara seekor sapi di halaman Masjid Kudus. Tidak boleh ada siapapun yang menyakiti atau bahkan menyembelih dan memakan daging sapi itu untuk menghormati dan mendapatkan perhatian dari umat Hindu yang ada di sekitar Kudus.

4. Menggunakan daging kerbau

nasi jangkrik khas Kudus buat sarapanNasi jangkrik menggunakan daging kerbau untuk mehormati umat Hindu di Kudus. Foto: Instagram

Alasan menghormati umat Hindu menjadikan Sunan Kudus memilih daging kerbau untuk menggantikan daging sapi. Penggunaan daging dalam nasi jangkrik ini dimaksudkan oleh Sunan Kudus sebagai asta sanghika atau delapan jalan kebenaran yang diambil dari ajaran Budha.

Daging menjadi salah satu elemen setelah nasi , daun jati dan bumbu-bumbu yang digunakan. Tekstur daging kerbau yang mirip daging sapi walaupun lebih keras dan alot membuat Sunan Kudus berpikir bahwa hewan tersebut bisa dijadikan alternatif untuk dikonsumsi.

Selain itu daging kerbau juga dipatok dengan harga yang lebih murah sehingga bisa disajikan lebih banyak sebagai lauk pelengkap nasi jangkrik. Untuk membuat dagingnya lebih empuk dan menyerap bumbunya, sebelum dibungkus bersama nasi jangkrik daging kerbau juga dimasak dengan banyak bumbu dan dalam durasi yang lama.

5. Dijajakan sebagai kudapan malam

Berawal dari hidangan yang ditujukan sebagai media dakwah kini nasi jangkrik menjadi sangat populer. Nasi jangkrik tak lagi dihidangkan di menara Kudus setelah acara keagamaan saja.

Kini nasi jangkrik banyak dijajakan oleh penjual makanan di kota Kudus dan sekitarnya. Seporsi nasi Kudus biasanya berisi nasi, daging kerbau yang dipotong atau disuwir, kuah santan, bumbu-bumbu dan dibungkus dengan daun jati.

Penjaja nasi jangkrik ini biasanya akan mulai menjual makanannya mulai pukul 17.00 hingga tengah malam. Konon kelezatan nasi jangkrik yang banyak dijajakan oleh pedagang warung tenda ini menjadi sasaran para wisatawan dari luar kota yang datang ke Kudus.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Mengunjungi Gereja Bersejarah Santo Sernin di Kota Toulouse, Perancis"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/odi)

Hide Ads