Gado-gado terdiri dari ragam sayuran rebus yang diaduk bersama bumbu kacang. Ternyata ada filosofi menarik di balik cara penyajian gado-gado. Ini kata ahli sejarah kuliner.
Gado-gado terkenal sebagai makanan khas Betawi. Paduan sayuran rebus seperti kacang panjang, kangkung, kol, hingga tauge ini terasa nikmat saat dicampur dengan gurih segarnya bumbu kacang.
Kehadiran gado-gado di tengah masyarakat Indonesia punya sejarah panjang. Dihubungi detikfood (27/6), sejarawan kuliner Wira Hardiyansyah mengungkapnya lebih jauh.
Ia menyebut gado-gado adalah 'anak' dari pecel. Kehadirannya juga bisa ditelusuri dari adanya lotek di Indonesia yang disebut Wira sebagai kembaran gado-gado.
"Dalam bahasa Kawi, pada masa Hindu Budha, dalam tataran Kerajaan Mataram ada kata 'lotek' yang berasal dari kata 'latek'. Artinya lumpur. Diperkirakan kuliner lotek sudah ada sejak bahasa Kawi digunakan," kata Wira.
Masa itu adalah sekitar abad 16 atau 17. Kata 'latek' yang berarti lumpur disebut Wira merujuk pada tampilan bumbu kacang gado-gado yang mirip lumpur.
Mengenai filosofi gado-gado, Wira mengatakan gado-gado adalah 'melting pot' untuk sebagian orang Betawi. Untuk diketahui, 'melting pot' adalah metafora untuk masyarakat heterogen yang semakin homogen. Elemen yang berbeda melebur menjadi satu sebagai suatu kesamaan budaya yang harmonis.
"Jadi Betawi itu kan katanya lahir dari percampuran budaya. 'Ibunya' Jawa, 'bapaknya' Sunda, lahir di Jakarta, nah 'anaknya' ini kan Betawi. Dulu ada Kampung Jawa, Kampung Bali, Kampung Ambon...," kata Wira mengawali cerita.
Ia melanjutkan, "Percampuran aduk inilah, keharmonisan mereka inilah yang tertuang dalam gado-gado. Jadi kalau nggak dicampur itu nggak harmonis."
Hal ini juga menunjukkan bahwa ketika ada kesalahpahaman, sendiri-sendiri itu tidak enak. "Enaknya itu bersatu, guyub, rukun. Baru kita nikmat," kata Wira soal filosofi gado-gado yang diaduk.
Menurutnya gado-gado pada zaman dulu adalah makanan silaturahmi seperti dodol. Makanan ini punya fungsi mempererat hubungan.
Mengenai sayuran yang digunakan dalam gado-gado, Wira mengatakan pakai yang mudah didapat. "Tidak ada pakemnya (jenis sayuran untuk gado-gado)," ujarnya.
"Yang kita lihat standar itu kan kentang, kacang panjang..., mirip sama pecel lah. Penambahan kentang dan telur itu juga hasil adopsi dari Eropa. Kan orang Eropa kan makan pakai kentang. Salad kebanyakan pakai kentang," katanya.
Satu hal yang juga jadi pembeda antara pecel dan gado-gado adalah kehadiran kerupuk. "Pecel juga sebenarnya pakai kerupuk rambak, tapi tidak harus. Kalau gado-gado wajib ada kerupuknya," pungkas Wira.
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
(adr/odi)