Dua pemuda ini coba membuka warung makannya kembali setelah sempat tutup karena penjualannya suram. Tak ada jaminan kesuksesan, tapi mereka tetap berusaha.
Bisnis kuliner di Singapura mungkin tak semudah bisnis kuliner di Indonesia, terlebih bagi mereka yang masih muda. Di Singapura, beberapa warung makan yang sukses lebih banyak dimiliki oleh generasi tua.
Sementara generasi milenial memang harus cukup berani dan berjuang mencari peluang untuk membangun warung makannya agar sukses. Seperti halnya langkah yang diambil oleh 2 pemuda asal Singapura ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemuda bernama Algin dan Milton membangun bisnis kuliner bersama. Dilansir dari 8days.sg (26/06), dua pemuda ini membuka warung makan yang menawarkan beberapa makanan Barat seperti burger dan sosis dengan nama BurGrill Western Food.
![]() |
Rupanya bisnis kuliner yang dijalani oleh kedua pemuda ini tak berjalan mulus. Selama membuka warung makan, setiap harinya pasti mereka mendapatkan penghasilan yang tidak menentu.
Memang ada kalanya bisnis kuliner mereka menghasilkan sedikit keuntungan, tetapi di waktu seperti itu, mereka lebih memilih menggunakan keuntungannya untuk keperluan lain. Misalnya mengganti peralatan dapur yang rusak, termasuk penggorengan.
Algin dan Milton mengungkapkan bahwa per bulannya mereka hanya mampu menghasilkan $1.000 atau sekitar Rp 10 juta, dan bahkan kurang. Ini merupakan nominal yang kecil bagi mereka yang hidup dengan biaya besar di Singapura.
Dengan pendapatan kecil itu, sehari-harinya Algin harus makan masakannya sendiri atau meminta makanan ke tetangga sebelah. Sementara Milton harus mengambil pekerjaan tambahan sebagai sopir pengiriman untuk bisa memenuhi hidupnya.
Lelah dengan penjualannya yang suram, akhirnya pada April lalu, kedua pemuda ini memutuskan untuk menutup warung makannya. Mereka pikir hal ini akan berlaku selamanya.
Namun ada suatu motivasi yang membuat kedua pemuda ini bangkit kembali dari keterpurukan. Ternyata kecintaan mereka akan memasak dan dukungan dari pelanggan setia berhasil membuat mereka bangkit kembali.
![]() |
Algin dan Milton memutar otak untuk bisa menyewa kios yang lebih murah agar keuntungannya bisa menutupi modal tersebut. Mereka akhirnya memutuskan untuk menjalani program inkubasi dari pemerintah Singapura karena biaya pemasangan yang lebih rendah dengan sewa bersubsidi.
Sembari menunggu aplikasinya diterima, Algin meningkatkan keterampilannya sebagai juru masak. Mulai dari cara mengiris ikan, memasak makanan laut, dan menggorengnya.
Memang tidak ada jaminan warung makan itu akan dilimpahkan kesuksesan, namun usaha dan semangat yang ada dalam diri dua pemuda ini patut diapresiasi. Mereka berharap warung makan yang dibuka untuk kedua kali bisa memancarkan pesona bagi pelanggan.
(aqr/odi)