Pekerjaan yang nyaman belum tentu membuat seseorang betah. Chef restoran Michelin-star ini bahkan memilih mengundurkan diri dan jualan makanan kaki lima.
Ketika mendengar seseorang bisa bekerja di tempat terkenal, banyak orang akan merasa kagum dengan pencapaiannya. Sayangnya, tidak semua orang bisa betah bekerja di tempat seperti itu.
Tekanan pekerjaan yang tinggi seringkali menjadi alasan beberapa orang memilih untuk meninggalkan pekerjaannya. Bahkan upah yang tinggi bukan menjadi suatu alasan untuk bertahan ketika mulai merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah serupa dialami oleh chef dari restoran Michelin-star ini. Dirinya yang mengaku lelah bekerja untuk orang lain justru memulai bisnis kuliner kaki lima dengan menyajikan menu sekelas restoran Michelin-star.
![]() |
Mengutip 8 Days (24/6), pria bernama Isaac Lim memilih berhenti bekerja dari restoran Michelin-star setelah satu tahun menempati jabatan junior sous chef. Dirinya kini lebih memilih untuk menjalankan bisnis ikan kukus kaki lima bersama teman dekatnya.
Lim bersma Erick, sahabatnya, sedang sibuk-sibuknya mengelola kedai ikan kukus mereka yang berada di Maxwell Food Centre di kawasan pusat bisnis dan industri Singapura. Kedai ikan kukus ini diberi nama Nian Nian You Yu.
"Satu tahun terakhir ini, aku merasa begitu lelah bekerja di restoran. Aku tidak ingin bekerja untuk orang lain lagi, aku lebih menginginkan membangun kedaiku sendiri," kata Lim.
Lim juga mengakui dirinya membutuhkan penyesuaian yang cukup panjang untuk mengubah kebiasaannya di restoran mewah menjadi chef di kedai kaki lima. Lim juga mengatakan dirinya bahkan kini harus merangkap pekerjaan untuk menghitung segala biaya dan kebutuhan yang harus dikeluarkan.
![]() |
Lim menggandeng sahabatnya, Erick. Bukan tanpa alasan, hal ini karena Erick memiliki latar belakang keluarga yang juga pedagang kaki lima. Lim berharap kerjasamanya dengan Erick ini bisa membuat bisnisnya bertahan lama sekaligus dirinya belajar banyak dari keluarga Erick.
Keduanya saling melengkapi satu sama lain, ketika Lim harus sepenuhnya memasak makanan pelanggan maka Erick yang akan mencatat pesanan pelanggan, menjalin kerja sama dengan pemasok ikan hingga memasarkan kedai mereka.
Alasan Lim memilih menyajikan ikan kukus adalah untuk menekan modal agar lebih rendah jika dibandingkan untuk menyajikan makanan bergaya Eropa seperti kesukaannya. Berbeda dengan ikan kukus yang lebih banyak disajikan untuk porsi berbagi, Lim datang dengan ide yang segar dan menyajikan ikan kukus untuk dinikmati satu orang saja.
Peningkatan penjualan juga mulai dirasakan oleh Lim. Mereka yang biasanya hanya menjual 60 porsi kini bisa 100 porsi ikan kukus dalam sehari. Rencana besar Lim dalam waktu dekat ini dirinya hanya berharap untuk segera menambah cabang kedai ikan kukusnya di lokasi lain.
(dfl/adr)