Ramen terkenal sebagai mie khas Jepang, tapi tahukah kamu kalau hidangan ini aslinya dari China? Konon ramen mulai dikenal orang Jepang pada tahun 1860-an.
Jepang punya banyak makanan khas yang disukai sampai ke banyak negara, termasuk Indonesia. Salah satunya ramen yang kini mudah ditemukan karena dijajakan oleh penjual kaki lima hingga restoran premium.
Cita rasa ramen yang gurih nikmat dengan paduan kuah kaldu dan beragam topping membuatnya digemari, apalagi banyak orang Indonesia memang suka mie. Ramen pun kini tersedia dalam beragam versi.
Ada ramen autentik Jepang dan ada ramen yang cenderung lebih modern karena dipadukan beragam topping dan bahan tak biasa. Semua jenis ramen ini punya penggemarnya masing-masing.
Membicarakan sejarah ramen, hidangan mie khas Jepang ini ternyata awalnya dari China. Di negeri tirai bambu itulah budaya makan mie tercipta.
Mengutip Ramen Culture, budaya tersebut akhirnya diperkenalkan ke Jepang selama tahun 1860-an. Saat itu Jepang mengakhiri masa isolasi nasionalnya dan membuka kembali pelabuhannya untuk negara luar.
![]() |
Banyak imigran China lantas bekerja sebagai penjaga toko di Yokohama. Mereka juga mendirikan kawasan Chinatown (Nankin-machi) di sana dimana di dalamnya berisi banyak restoran dan gerai makanan.
Salah satu menu yang dijual adalah mie seperti chaoshao tangimian dan rousi tangmian, namun orang Jepang asli kerap menyebut mie tersebut Nankin soba.
Sejarah berlanjut hingga pada tahun 1910, seorang pensiunan pegawai bea cukai Jepang yang bekerja di Yokohama membuka restoran China di Asakusa, Tokyo. Ia mempekerjakan orang-orang China yang jago masak mie dari Nankin-machi.
Metode membuat dan memasak mie asal China dari mereka akhirnya berkembang dan mengalami penyesuaian di Jepang. Menu inilah yang kemudian kita kenal sebagai ramen sekarang.
Kata "ramen" konon berasal dari ucapan "hao le!" yang berarti "makanan enak sudah siap" dalam bahasa China. Ucapan ini digunakan oleh seorang chef di restoran China bernama Takeya yang berada di Hokkaido, setelah menyelesaikan pesanan mie pelanggan.
Entah bagaimana kemudian bunyi "le" terdengar "ra" untuk orang Jepang. Kata "ra" ini lalu dipasangkan dengan kata "men" dalam bahasa Jepang yang berarti "mie". Dari sinilah kata "ramen" populer.
Inovasi ramen terus berkembang seiring waktu. Mie ramen, misalnya, kini tersedia dalam pilihan kecil, sedang, dan besar. Untuk bentuknya ada yang lurus dan keriting.
Secara garis besar, terdapat 3 jenis ramen berdasarkan kaldunya yaitu miso ramen, shoyu ramen, dan tonkotsu ramen. Topping paling umum berupa chashu, tapi bisa juga dengan ayam, kepiting, hingga kerang.
![]() |
Semua ramen ini sekarang mudah ditemui di Indonesia. Ada banyak tempat makan ramen di beragam kota. Mereka menyajikan ramen autentik maupun ramen dengan sentuhan modern dan kekinian.
Secara khusus serba-serbi ramen akan dibahas pada ulasan detikfood pekan ini. Di dalamnya juga termasuk rekomendasi ramen halal versi Majelis Ulama Indonesia (MUI), ramen autentik Jepang, hingga ramen 'hidden gem' yang belum banyak orang tahu.
Tak ketinggalan informasi soal cara benar menikmati ramen yang ternyata termasuk menyeruput kuah dan mie-nya hingga terdengar suara. Meski banyak orang menganggap suara ini mengganggu, tapi ternyata itulah cara menikmati ramen ala orang Jepang asli.
Ulasan ramen detikfood juga membahas bisnis ramen kekinian seperti dry ramen milik Alshad Ahmad hingga ramen ala kedai Jepang modern di kawasan SCBD. Supaya tak ketinggalan informasinya, pantau terus detikfood ya!
Simak Video "Menjajal Ramen Viral dengan Konsep Kaki Lima di Jakarta Selatan"
[Gambas:Video 20detik]
(adr/odi)