Banyak faktor yang mengganggu kestabilan suatu bisnis. Salah satunya adalah harga bahan pangan yang naik hingga membuat kedai mie goreng legendaris ini tutup.
Bahan pangan menjadi komoditas pasar yang harganya cenderung fluktuatif. Berbagai faktor dapat menyebabkan harga pangan tiba-tiba melonjak maupun menurun.
Bagi sebagian orang, harga pangan mungkin bukan suatu masalah besar. Tetapi jika berbicara tentang bisnis kuliner, harga pangan yang tidak stabil terutama yang tengah melonjak tinggi menjadi sebuah ancaman yang sangat ditakuti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika harga pangan tak terkendali, maka ada penyesuaian yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan biaya produksi harian. Akibatnya banyak kedai-kedai yang menyerah dan terpaksa tutup permanen.
![]() |
Mengutip Asiaone (10/5), sebuah kedai yang terkenal akan sajian mienya di Singapura baru saja meresmikan penutupan kedainya secara permanen. Kedai hokkien mee itu bernama Yang Zhou Fried Hokkiem Mee sudah terkenal selama 36 tahun dengan mie goreng tradisionalnya yang lezat.
Lim Bo Si (71) dan Huang Bao Dong (70), mengaku tidak sanggup lagi untuk menghadapi kenaikan harga bahan makanan yang berimbas besar pada ongkos produksi kedai tersebut.
Tanggal 30 Juli 2022 mendatang telah ditetapkan sebagai hari terakhir kedai ini akan beroperasi dan melayani pelanggannya. Mulai dari minyak, gas, biaya listrik hingga banyak bahan baku yang mengalami kenaikan harga, dirasa sangat memberatkan Bo Si.
"Harga minyak goreng begitu meningkat bahkan lebih dari 100% dan gas juga meningkat 25%. Biaya listrik, bahan-bahan baku dan kebutuhan lainnya juga ikut meningkat," ungkap Bao Si.
![]() |
Bo Si merasa dirinya tidak akan sanggup jika terus menjalani kedai hokkien mienya ini tanpa menaikkan harga. Bo Si juga tidak tega untuk menaikkan harga makanannya mengingat banyak pelanggannya yang merupakan pensiunan dan ditakutkan keberatan untuk membayar harga yang sudah naik.
Mencari solusi untuk keresahannya tersebut, Bo Si akhirnya mantap untuk menutup kedai hokkien mienya yang sudah populer ini secara permanen. Bo Si bahkan juga sudah menyiapkan rencana lain setelah penutupan kedai hokkien mie dan berhenti memasak mie goreng andalannya.
Bo Si mengungkapkan dirinya lebih tertarik untuk membantu kedai kaki lima milik temannya jika sudah tidak mengoperasikan kedai hokkien mienya lagi. Walaupun tidak lagi mengelola kedainya, Bo Si masih tetap ingin bergerak aktif dan menghabiskan waktu lebih banyak di rumah.
Banyak pelanggan setianya yang menyayangkan atas penutupan kedai hokkien mie legendaris milik Bo Si. Salah satunya adalah alasan menu andalan berupa Sotong Prawn Mee yang selalu laris dipesan pelanggannya.
(dfl/adr)