Kaviar termasuk salah satu makanan termahal di dunia. Tapi di Thailand telur ikan sturgeon ini sudah bisa diproduksi dari ikan di peternakan. Harganya murah!
Kaviar hanya disajikan di restoran mewah, tentu saja karena harganya mahal. Selain rasanya yang spesial, telur ikan sturgeon ini sulit didapatkan jadi tak heran kalau banderol harganya tinggi.
Biasanya para produsen kaviar akan mencari ikan sturgeon di laut, lalu mengambil telurnya untuk dijadikan kaviar siap jual. Namun sekarang kaviar ternyata bisa diproduksi dari ikan yang dibudidayakan di peternakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dikabarkan South China Morning Post (19/4) sebuah teknologi canggih berhasil dikembangkan untuk memproduksi kaviar dari ikan di peternakan lokal di Thailand. Teknik ini merupakan hasil kerjasama Thailand dengan Rusia. Akhirnya bisa diproduksi kaviar dengan harga yang lebih terjangkau.
"Harganya... lebih terjangkau, saya berani mengatakan itu, dibandingkan dengan yang kita impor," kata Ton, seorang Chef Selebriti asal Thailand sambil menaburkan kaviar di atas makanan di restorannya Lahnyai Nusara.
Chef Ton juga mengatakan hal ini memungkinkan banyak chef menggunakan kaviar untuk tambahan pada makanannya. Tentu karena harganya lebih murah dan mendapatkannya juga lebih mudah.
Peternakan ikan ini bernama Thai Sturgeon Farm, sebuah tempat budidaya ikan yang berlokasi di tepi laut Hua Hin. Kaviar yang diproduksi di sini akan dikirim ke distributor lokal bernama Caviar House.
Ada ratusan ikan sturgeon berenang bebas dalam tangki yang memiliki suhu 21 derajat Celcius. Suhu ini sangat dijaga agar sesuai dengan habitat asli ikan sturgeon di Laut Kaspia yang cenderung sejuk.
"Tidak ada orang lain yang memiliki peternakan ikan seperti ini di iklim tropis," kata salah satu pemilik peternakan, Alexey Tyutin.
Ikan yang mampu hidup hingga usia 100 tahun ini tidak dibunuh untuk diambil telurnya. Hal ini dilakukan ketika mengambil kaviar di laut. Tapi di peternakan ini, ikan betina hanya akan diambil telurnya tanpa dibunuh.
Ikan akan tetap hidup dan berkembang biak namun bisa menghasilkan kaviar. Ada teknik khusus yang diterapkan untuk mengambil telur ikan ini tanpa membuat ikan merasa sakit ataupun terluka.
"Misalnya jika ikan memiliki berat 25 kilogram, kami biasanya bisa menghasilkan sekitar 2,6 hingga 2,7 kilogram kaviar," kata Tyutin. Peternakan itu diperkirakan dapat menghasilkan hingga dua ton kaviar pada tahun ini.
Thailand memiliki iklim tropis, air laut memiliki suhu sekitar 31 derajat Celcius sementara ikan sturgeon hanya mampu hidup di suhu sejuk sekitar 15-21 derajat Celcius. Dibutuhkan alat pengatur suhu untuk menjamin air laut tetap sejuk.
"Kami mendinginkan air karena suhu air di luar 31 derajat. Ikan-ikan ini tidak tahan dan mereka akan langsung mati," kata Tyutin.
Kaviar lokal ini baru dipasarkan secara lokal dengan harga US$230 hingga US$832 atau sekitar Rp 3,3 juta hingga Rp 11,9 juta per kalengnya. Kedepannya, kaviar lokal Thailand ini diharapkan bisa diekspor ke berbagai negara lain.
Berdasarkan data saat ini China tercatat sebagai produsen kaviar terbesar di dunia. Total 84 persen produksi kaviar dunia berasal dari China. Namun bisnis ini sempat tersendat karena pandemi Covid-19.
![]() |
Prancis, Jerman, China, Spanyol, Amerika Serikat, Jepang, dan Rusia adalah pasar utama untuk kaviar, permintaan telur ikan ini tumbuh cepat di bagian lain kawasan Asia-Pasifik. Selain rasanya yang lezat, kaviar juga mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan.
Para pecinta kuliner dan koki asal Thailand mengakui manfaat kaviar yang kaya akan vitamin, mineral, dan asam lemak omega-3. Diprediksi kaviar lokal asal Thailand ini akan laris manis.
"Hanya butuh beberapa hari bagi chef asal Thailand untuk mulai memesan setelah kami mengirimkan sampel kaviar untuk mereka coba," kata salah satu pemilik peternakan Noppadon Khamsai. "Mereka mengatakan ini adalah produk yang bagus dan yang penting dibuat di Thailand, dan mereka sangat bangga mempersembahkan produk Thailand ini."
(dvs/dvs)