Filosofi Masakan Sunda dan Tradisi Bancakan

Warung Sunda

Filosofi Masakan Sunda dan Tradisi Bancakan

Riska Fitria - detikFood
Sabtu, 12 Feb 2022 10:00 WIB
Filosofi masakan Sunda
Foto: iStock
Jakarta -

Masakan khas Sunda identik dengan menu rumahan yang sederhana, ada sayur, lauk dan sambal. Ternyata ada filosofi yang mendalam dibalik masakan Sunda tersebut.

Kuliner di suatu daerah merupakan cerminan suatu kebudayaan di daerah tersebut. Seperti daerah Jawa Barat misalnya, yang kulinernya identik dengan menu masakan rumahan.

Mulai dari sayur asem, ayam goreng, jengkol, petai, nasi liwet, ikan goreng, tumis cumi lengkap dengan lalapan segar dan sambal. Semua bahan-bahan itu mudah didapat dari alam sekitar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut travelling chef dan sejarawan kuliner Wira Hardiyansyah, masakan Sunda itu masuk ke dalam salah satu aspek kemanusiaan Sad Rasa, yakni hubungan manusia dengan alam.

Baca Juga: Racikan Hidangan Sunda yang Bahan dan Bumbunya Sedap Sederhana

ADVERTISEMENT
Warung Nasi Urang SundaLauk-pauk yang populer dalam masakan khas Sunda Foto: detikcom/Riska Fitria

"Hubungan manusia dengan alam termasuk hewan, tumbuhan, gunung dan lainnya. Orang Sunda sudah punya konsep menyatu dengan alam dari sejak sebelum masehi," tutur Wira Hardiyansyah saat diwawancarai detikcom (11/02).

Dalam hal ini bersinggungan juga dengan kebiasaan masyarakat Sunda yang hobi makan lalapan atau sayuran segar yang dimakan mentah-mentah dan jadi pelengkap hidangan.

"Kebiasaan mengonsumsi lalapan itu pantulan dari cerminan hidup menyatu dengan alam. Nah, tanaman itu kan dari proses bertani, jadi mereka selalu punya konsep semuanya dari kebun," tutur Wira Hardiyansyah.

Karena itulah mereka tidak berpatok pada satu jenis makanan. Misalnya, ketika beras belum panen mereka akan cari alternatif lain dengan mengonsumsi singkong, ubi dan hasil panen lainnya.

Filosofi masakan SundaLalapan sudah identik dengan hidangan khas Sunda Foto: iStock

Baca Juga: Bikin Kreasi Liwetan 5 Sambal, Ibu-Anak di Tangsel Raih Rp 15 Juta

Sesuai dengan istilah, 'Teu boga sawah asal boga pare, teu boga pare asal boga beas, teu boga beas asal nyangu, teu nyangu asal dahar, teu dahar asal kuat'.

Artinya adalah 'Tidak punya sawah asal punya padi, tidak punya padi asal punya beras, tidak punya beras asal bisa makan, tidak makan asal kuat'.

Selain pada menu makanannya, masyarakat Sunda juga punya tradisi bancakan. Bancakan dikenal sebagai makan bersama sambil dudu lesehan dan makanan dialaskan di daun pisang memanjang.

Filosofi masakan SundaAda filosofi yang mendalam dalam tradisi bancakan Foto: iStock

Chef Wira mengatakan bahwa tradisi bancakan itu sesuai dengan prinsip mereka yang dikenal dengan istilah 'silih asah, asih dan asuh'. Dalam tradisi bancakan tidak ada jenjang di antara mereka.

"Biasanya di kerajaan kan raja dan rakyat makan berbeda. Kalau masyarakat dengan bancakan tak ada jenjang, dari siapa aja sama duduk lesehan dan makan bareng-bareng," tutup Wira.

Baca Juga: Masakan Manado Halal hingga Roti Srikaya Enak Ada di ITC Kuningan




(raf/odi)

Hide Ads