Makanan tradisional memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Seperti mie lethek yang punya lima fakta unik berikut ini.
Bukan hanya mie instan, Indonesia memiliki jenis mie yang dibuat secara tradisional. Layaknya makanan tradisional lainnya, mie asal Indonesia ini memiliki keunikan baik dari karakteristik hingga cara pembuatannya yang berbeda.
Beberapa daerah di Indonesia memiliki hidangan mie yang dibuat dengan racikan bumbu tradisional hingga bahan baku utama pembuat mie yang juga dibuat secara khusus. Misalnya dengan menggunakan jenis tepung yang berbeda dan bahan campuran lainnya yang tidak sama dengan pembuatan mie pada umumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya adalah mie lethek yang merupakan mie tradisional khas dari daerah Bantul, Yogyakarta. Beberapa fakta menarik ternyata ada di balik bentuk mie lethek yang berbeda dengan mie pada umumnya.
Berikut ini 5 fakta menarik dari mie lethek khas Yogyakarta:
![]() |
1. Daerah Asal
Bukan hanya gudeg, di Yogyakarta juga ada mie lethek yang tak boleh dilewatkan jika sedang berkunjung ke kota ini. Mie lethek menjadi salah satu kuliner tradisional khas Yogyakarta yang secara spesifik datang dari daerah Bantul.
Menurut keterangan masyarakat asli Bantul, kehadiran mie lethek sudah ada sejak tahun 1920-an. Perusahaan produsen mie lethek pertama justru didirikan oleh seseorang yang berasal dari Timur Tengah bernama Umar. Menurut kisah yang beredar, sosok Umar menghadirkan mie lethek di Bantul karena prihatin terhadap kebutuhan rakyat akan pengan yang begitu tinggi.
Hingga pada tahun 1940-an muncul berbagai pabrik mie lethek yang didirikan oleh masyarakat setempat dan masih beroperasi hingga saat ini. Berusia 101 tahun, produsen mie lethek yang didirikan oleh Umar akhirnya bisa membantu perekonomian warga sekitar.
Baca juga: 5 Atlet Bulutangkis dan Artis Korea Ini Girang Banget Saat dapat Indomie
2. Dibuat dengan Campuran Gaplek
Mie lethek atau mie letheg dibuat dari tepung tapioka dan singkong kering yang disebut oleh masyarakat Bantul sebagai "gaplek". Campuran dari tepung tapioka dan gaplek ini yang kemudian membuat mie lethek memiliki warna yang cenderung gelap dan kurang menarik.
Pembuatan gaplek atau tepung dari singkong yang dikeringkan sendiri juga dibuat dari nol dan dilakukan secara tradisional untuk mendapatkan gaplek berkualitas baik untuk mie lethek. Terbuat dari berbagai bahan yang alami, pembuatan mie lethek sejak dahulu hingga hari ini bahkan dipertahankan dengan tidak menggunakan bahan tambahan seperti pengawet atau kimia buatan.
Uniknya, meskipun tidak ditambahkan zat pengawet maupun bahan kimia lain, mie lethek kering bisa disimpan dan awet hingga tiga bulan lamanya. Jauh dari kesan peralatan yang canggih, setiap tahapan dari pembuatan mie lethek sengaja dipertahankan secara tradisional karena berasal dari kesulitan di masa-masa sebelum mie lethek hadir.
3. Cara Pembuatan yang Unik
![]() |
Bukan hanya bahan pembuatannya yang berbeda tetapi cara pembuatan mie lethek yang dipertahankan sejak awal kemunculannya hingga sekarang juga cukup unik dan jauh berbeda dari pembuatan mie biasanya. Proses pembuatan mie lethek berawal dari mencampur tepung tapioka dan gaplek dengan gilingan besar berupa lumpang dengan diameter yang mencapai 2 meter.
Di atas lumpang yang digunakan ada sebuah batu besar seberat ton yang digunakan untuk menggiling bahan-bahan pembuat mie lethek hingga halus. Beban batu lumpang yang begitu berat membuat pekerjaan ini akan sangat berat jika dikerjakan oleh tangan manusia. Maka tenaga sapi digunakan untuk membantu proses penggilingan bahan-bahan utama pembuat mie lethek tersebut.
Setelah mie lethek tercampur rata, kemudian adonan mie lethek akan dicetak dan dipadatkan dengan cara diinjak-injak sebelum dioven. Setelah campuran tepung matang, adonan mie lethek kemudian dicetak menjadi lembaran mie panjang-panjang hingga akhirnya dijemur sampai kering dan dikemas untuk dipasarkan.
Baca juga: Rasanya Spesial! 5 Warung Bakmi Jawa Ini Jadi Langganan Presiden
4. Punya Nama Lain Mie Kusam
Penggunaan campuran tepung tapioka dan gaplek membuat mie lethek berwarna kusam dan cenderung gelap. Dalam bahasa Jawa, nama lethek juga berarti kotor. Warna kusam yang terlihat pada mie lethek ini sebenarnya berasal dari getah singkong yang ikut masuk karena penggunaan gaplek sebagai bahan baku utamanya.
Perbedaan warna yang tidak bersih seperti mie pada umumnya, membuat mie lethek memiliki ciri khas fisik tersendiri yang mudah dikenali saat dijajakan di pasaran. Walaupun warnanya yang tidak begitu bagus tetapi mie lethek punya kelezatan rasa yang tak kalah dari mie pada umumnya.
Mie lethek sendiri biasa digunakan sebagai mie pada olahan seperti bakmi Jawa. Menambahkan campuran seperti bakso, telur, sayuran seperti sawi serta irisan kol membuat rasa mie lethek akan menjadi begitu lezat saat dihidangkan.
5. Kandungan Gizi
![]() |
Walaupun dibuat secara tradisional dan dibanderol dengan harga yang relatif murah, ternyata mie lethek termasuk ke daftar makanan sehat. Penggunaan bahan nabati sepenuhnya membuat mie lethek diakui memiliki manfaat kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mie gandum.
Bahkan mie lethek juga dianggap aman dan cocok untuk para pelaku diet. Pasalnya mie lethek merupakan mie dengan kandungan gluten yang rendah. Penggunaan sepenuhnya bahan nabati juga membuat mie lethek menjadi pilihan makanan yang tepat untuk pelaku vegetarian.
Pada olahan bakmi Jawa, mie lethek yang dicampurkan dengan telur bebek, suwiran ayam, bakso, dan irisan sayur-sayuran ini mengandung kadar gizi yang cukup baik. Seporsi bakmi Jawa dengan bahan dasar mie lethek mengandung sekitar 101 kalori, 7,4 gram lemak hingga protein senilai 6,7 gram.
Baca juga: Resto Salt Bae ke-28 Dibuka di Arab Saudi, Segini Harga Menunya
(dfl/adr)