Sate renteng memang tidak terlalu populer tapi sate khas Bali ini memiliki tampilan yang unik karena memakai kepala babi utuh. Sate ini juga sarat akan makna.
Masyarakat Bali punya sate unik yang sudah menjadi bagian dari warisan budaya, namanya sate renteng. Sate ini berbahan daging babi, namun tampilannya tidak seperti sate babi biasa yang dipotong kecil-kecil. Karena sajian sate renteng pakai kepala babi utuh. Semua bagian babi ini sudah dimasak sebelumnya jadi tersaji matang.
Dikutip dari postingan Instagram pakar kuliner @wirahardiyansyah2.0, dijelaskan bahwa sate renteng merupakan sajian untuk sesajen. Biasanya sate renteng hadir saat pelaksanaan Galungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Babi merupakan salah satu hewan persembahan dalam pelaksanaan Galungan. Pemotongan babi tidak semata-mata tidak memiliki makna, namun babi dibunuh sebagai simbol menyupat. Merubah hal-hal yang buruk menjadi baik. Semua persembahan daging babi simbol dari persembahan Durga," tulis Wira pada unggahannya (11/11).
Di sini, Wira juga menunjukkan foto sate renteng yang punya tampilan sangat istimewa. Dari tampilannya ini bisa disimpulkan bahwa sate renteng bukanlah hidangan biasa.
Berbeda dengan makanan biasa, sate renteng merupakan hidangan yang hadir ketika menggelar upacara adat. "Sate Renteng sangat erat kaitannya dengan Banten (sesaji) Bebangkit yang menggunakan Babi Guling sebagai alasnya," lanjut Wira.
![]() |
Secara tidak langsung, sate ini disajikan menggunakan seekor babi utuh mulai dari bagian kepala hingga ekornya. "Rangkaian sate yang disebut Gayah. Gayah adalah merangkai kembali tulang babi yang akan dipersembahkan kepada Dewi Durga. Karena, apa pun itu segala jenis olahan daging babi pasti dipersembahkan kepada Dewi Durga," terang Wira.
Wira yang kerap berkeliling Indonesia demi mencari cerita dan sejarah di balik makanan tradisional ini juga menjelaskan filosofi dan makna dari sate renteng. Namun Wira menegaskan, penjelasan soal sate renteng ini adalah menurut pendapatnya.
Secara filosofis, sate renteng berawal dari permohonan Dewa Wisnu kepada Dewi Durga untuk membunuh Mahesasura, karena diyakini hanya Dewi Durga yang mampu menaklukkannya. Permohonan itu disanggupi oleh Dewi Durga, namun semua senjata para dewa agar berkenan diserahkan untuk mengalahkan Mahesasura.
Dalam satu paket sate renteng ini terdiri dari beberapa jenis sate antara lain sate asem, sate serapah, sate lamat, kekuwung, Bagia Pulekerti, Senjata Dewata Nawa Sanga, Penyelah, Aling-aling, Lawang, Japit Balung, dan Japit Babi. Sate renteng juga biasa disajikan dengan kelapa yang menjadi simbol bumi.
![]() |
Baca juga: 7 Kuliner Bali untuk Perayaan Galungan |
Bagian kepala babi yang sudah ditusuk berbagai jenis sate ini kemudian diletakkan di atas susunan tulang belulang babi yang disebut gayah. Disertakan pula beberapa cabai merah yang merupakan simbol Banaspati yang berkaitan erat dengan Dewi Durga.
Belum selesai sampai di situ, rangkaian sate ini juga dilengkapi bagian jeroan babi yang diletakkan sesuai arah mata angin. "Penggunaan paru-paru di arah timur, hati di arah selatan, empedu di arah barat, limpa di arah utara, dan di tengah adalah ginjal," lanjut Wira.
Setelah menjadi rangkaian yang berbentuk bagus, kemudian sate renteng dibawa sebagai bagian dari upacara. Saking spesialnya sate ini, di Bali bahkan ada kelas yang dibuka khusus untuk membuat dan menyajikan sate renteng.
(dvs/odi)