Tak pantang menyerah hadapi tantangan, petani di Bali ini sukses budidayakan vanili. Punya 800 pohon vanilla, omzetnya bisa mencapai Rp 400 juta!
Mengenali karakter tumbuhan yang ditanam dan menyesuaikannya dengan iklim setempat menjadi kunci utama keberhasilan untuk membudidayakan suatu tanaman. Kisah kegigihan membudidayakan tanaman ini salah satunya terlihat dari perjalanan seorang petani vanili di Bali.
Tertarik dengan tanaman vanili sejak tahun 1990-an, I Wayan Rinaya DSW mulai mengembangkan pertanian vanili sejak 6 tahun lalu. Tak disangka, kini pohon-pohon vanilinya sukses tumbuh lebat bahkan benihnya sudah tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Melihat potensi akan daya jual dan kebutuhan yang tinggi terhadap vanili, Wayan mencoba membudidayakan vanili di lahan miliknya seluas 40 x 40 meter persegi. Wayan juga mengatakan bahwa kebutuhan vanili yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan iklim Eropa yang cocok untuk menanam vanili membuat dirinya tertarik untuk mencoba membudidayakan vanili dengan iklim di Bali.
"Vanili di luar negeri sangat dibutuhkan, khususnya di Eropa. Akan tetapi iklim di Eropa tidak cocok untuk menanam vanili," kata Wayan kepada detikfood (10/11).
Baca juga: Berhasil Racik Pakan yang Tepat, Peternak Sapi Raup Rp2,5 M per Bulan
Harga vanili yang tinggi dan menjadi kedua yang termahal di dunia setelah bunga saffron dianggap Wayan sebagai peluang menjanjikan. Wayan juga mengaku tertarik dengan pembudidayaan vanili karena perawatannya yang cenderung lebih mudah jika dibandingkan dengan tanaman yang lain.
Menurut pengakuan Wayan, pohon vanili jauh lebih mudah dibandingkan pohon-pohon dari tanaman lain yang lahannya harus diolah secara rutin dan berkala. Buah vanili yang sudah dipanen dikatakan bisa disimpan sebagai stok dan memungkin untuk tidak langsung dijual habis tetapi dipasarkan secara berangsur-angsur.
Tetapi walaupun cukup mudah perawatannya, Wayan juga mengakui tantangan membudidayakan vanili ada ketika tanaman mulai terserang jamur. Diungkapkan oleh Wayan, tanaman vanili sangat rentan terhadap jamur putih atau fusarium yang sangat mengganggu kesehatan tanaman vanili miliknya.
"Sebenarnya mudah. Tetapi ada satu masalahnya yang krusial yaitu tanaman vanili kena jamur putih atau fusarium. Kalau tidak terkena penyakit itu memang petani vanili paling mudah dibudidayakan dan bisa ditanam dimanapun asal tempatnya stabil. Vanili hanya butuh intensitas cahaya matahari sebanyak 50%," kata Wayan.
Tidak hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, Wayan juga mengajak serta para petani lainnya untuk mendulang kesuksesan bersamanya. Membagikan bibit vanili, Wayan mengajak serta para petani dengan sistem bagi hasil. Sulur atau akar yang tumbuh dari cabang pohon vanili yang akan dibagikan kepada petani lainnya untuk menjadi bibit pohon vanili yang baru.
Bukan hanya petani sekitar, Wayan ternyata juga telah membagikan sulur vanilinya hingga hampir ke seluruh daerah di Indonesia. Menurut pengakuan Wayan, sulur vanilinya bahkan sudah dibagikan oleh para petani dari Aceh hingga kota Sorong, Papua.
Jika dihitung-hitung, hasil dari pertanian vanili yang dikelolanya di kawasan Buleleng, Bali saja bisa mencapai omzet hingga ratusan juta rupiah. Total dari 800 pohon yang ditanamnya dikatakan mampu menghasilkan hingga 2 kilogram vanili per pohonnya.
"Pasca pandemi, harga vanili basah bisa menjangkau hingga Rp 250 ribu rupiah. Jadi bisa dihitung sendiri berapa omzetnya," kata Wayan.
Hal tersebut berarti Wayan bisa menanam hingga 1,6 ton vanilli setiap masa panennya. Jika dikalikan dengan harga jual vanili saat ini, omzet Wayan bahkan mampu mencapai hingga Rp 400 juta dalam sekali panen saja.
"Jadilah pencinta dan penghobi sehingga bisa merawat tanaman termasuk yang harganya murah. Ketika harganya mahal bonusnya bahkan bisa seharga emas," kata Wayan.
Baca juga: Kabur ke Pekalongan, Ini Kisah Narji 'Cagur' yang Kini Sukses Jadi Petani
Simak Video "Video Berbuka Puasa dengan Hidangan Kampung ala Warung Joglo di Denpasar"
(dfl/adr)