Pantang menyerah, sosok Abdul yang gagal jadi tentara justru berhasil jadi petani cabai. Kesabaran dan ketekunan menjadi kunci utama untuk kesuksesannya ini.
Kegagalan bukanlah akhir dari perjuangan. Sebuah kegagalan bahkan bisa menjadi awal dari keberhasilan baru yang mungkin tidak akan terduga.
Butuh ketekunan dan semangat pantang menyerah untuk bisa bangkit dan menjemput kesuksesan yang baru. Tidak terlalu larut dalam kegagalan dan segera bangkit untuk kehidupan yang lebih baik menjadi jalan keluar yang bisa dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah kegagalan yang ternyata menjadi kesuksesan baru ini dialami oleh seorang pria asal Magelang. Berawal dari kegagalannya meraih cita-cita sebagai tentara tetapi siapa yang menyangka bahwa dirinya justru sukses menjadi petani?
![]() |
Mengutip YouTube @CapCapung (1/10), pria bernama Abdul Majid menceritakan kisahnya yang berawal dari gagal menjadi tentara setelah dirinya lulus sekolah menengah. Ia kemudian kembali ke kampung halamannya dan memulai mencoba peruntungannya dengan pembibitan cabai.
Baca juga: Kenken 'Wiro Sableng' Kini Sibuk Bertani Sayur dan Buah di Bogor
"Saya cari modal untuk pembibitan cabai. Setelah itu saya semai kok laku laku laku terus saya perbesar dan kembangkan. Saya hitung-hitung ternyata kok keuntungannya lumayan," kata Abdul.
Keuntungan yang ternyata cukup menjanjikan membuat Abdul menjadi lebih semangat untuk mengembangkan dan memajukan usaha taninya ini. Bahkan saat ini luas lahan Abdul sudah mencapai 1 hektar!
Pada lahan seluas satu hektar tersebut sudah ada sekitar 10 ribu kotak bibit dengan jumlah total 4 juta bibit cabai yang ditanam. Hasil dari pertaniannya ini bahkan dikirim hingga ke seluruh Jawa Tengah, Bali dan Kota Cirebon.
![]() |
Dikonfirmasi oleh detikcom (6/10), Abdul merasakan perbedaan keuntungan yang didapatkannya dari pembibitan cabai dengan penjualan cabai itu sendiri. Menurutnya bisnis pembibitan cabai lebih menguntungkan daripada penjualan cabai yang sudah dipanen.
"Kalau pembibitan itu harganya bisa naik tapi nggak bisa turun. Tapi kalau cabai hasil panennya bisa naik bisa turun ikut (harga) pasar," kata Abdul.
Mulai dari Rp40 ribu per kotak bibit, Abdul menjual bibit cabai dengan harga yang beragam sesuai dengan jenis-jenisnya. Dibantu oleh 250 orang pekerja dari perkampungan sekitar, keuntungan ini juga disalurkan oleh Abdul untuk membuka lapangan pekerjaan dan membantu masyarakat sekitar.
Melayani pembibitan cabai tanpa kenal lelah, Abdul dengan sabar akan melayani langsung orang-orang yang datang untuk membeli bibitnya. Tidak disebutkan berapa tepatnya keuntungan yang dihasilkan oleh Abdul, tetapi ia mengungkapkan bahwa tidak selama ia mengalami keberhasilan dan sesekali dirinya juga merasakan pahitnya kegagalan.
Baca juga: Kabur ke Pekalongan, Ini Kisah Narji 'Cagur' yang Kini Sukses Jadi Petani
(dfl/adr)