Kalau di Indonesia ada tempe yang terbuat dari fermentasi kedelai, maka di Jepang ada natto. Tapi natto punya aroma khas yang disebut mirip bau kaos kaki busuk.
Makanan fermentasi tengah diburu selama pandemi Covid-19. Bakteri baik dalam makanan fermentasi ini bisa menyehatkan saluran pencernaan sehingga bagus untuk meningkatkan sistem imun tubuh.
Selain yogurt dan tempe, ada juga makanan fermentasi yang disebut-sebut baik untuk pencernaan, namanya natto. Sayangnya natto punya aroma dan rasa yang khas sehingga tidak semua orang suka.
Natto adalah makanan tradisional asal Jepang, terbuat dari bahan utama biji kedelai. Proses fermentasi dengan bakteri bacillus subtilis membuat kedelai menjadi lunak dan belendir. Demikian juga dengan aromanya yang menjadi asam dan cenderung berbau tak sedap.
Oleh masyarakat Jepang, natto dijadikan menu sarapan. Disantap dengan nasi dan kuning telur mentah. Tambahan sedikit soy sauce membuat natto punya rasa lebih enak. Tapi bagi orang yang tak pernah mencicipnya, natto dianggap makanan aneh.
Aromanya yang menyengat membuat natto sulit diterima oleh lidah banyak orang, termasuk orang Indonesia. Beberapa orang yang baru pertama kali mencicip natto bahkan menyebut makanan ini mirip bau kentut dan kaos kaki busuk.
Berikut reaksi 5 orang Indonesia yang pertama kali mencicipi natto.
1. Baunya mirip kentut
Youtuber Laurent Rando penasaran dengan rasa natto, ia pun mengumpulkan nyali untuk mencoba makanan asli Jepang ini. Ia sudah menyiapkan tiga bungkus natto kemasan kecil. Sebelum mulai menyantapnya, ia mengomentari aromanya yang disebut bau kentut.
"Oh my God baunya aneh. Makin diaduk makin banyak lemnya ini. Anggep aja ini mozarella ya, eh tapi baunya nggak gini kalo mozarella," kata Laurent.
Saat dicicip pun, Laurent tetap tidak bisa menerima rasanya. "Berlendir, licin, pas masuk mulut tuh licin. Ini rasanya tidak nggak enak tapi juga tidak lezat, aduh gimana ya. Bau kentut," kata Laurent yang hanya berani mencicip sedikit natto.
Simak Video "Berburu Sushi Kaki Lima Enak di Belakang Grand Indonesia"
(dvs/odi)