Lebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat Makna

Lebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat Makna

Riska Fitria - detikFood
Senin, 17 Mei 2021 11:00 WIB
Lebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat Makna
Foto: detikcom
Jakarta -

Tradisi Idul Fitri tak hanya pada tanggal 1 Syawal saja, tetapi masih berlanjut hingga seminggu ke depan. Salah satunya ada tradisi lebaran topat di Lombok.

Biasanya tradisi lebaran Idul Fitri di Indonesia dirayakan dengan dua sesi. Pertama tradisi silaturahmi dengan menyantap kue-kue lebaran. Kedua tradisi makan ketupat yang biasa diadakan seminggu kemudian.

Tradisi tersebut dikenal dengan sebutan lebaran ketupat. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi tersebut dengan berbagai sebutan dan makna tersendiri. Begitupun dengan warga di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Lombok tradisi tersebut dikenal dengan sebutan lebaran topat. Tradisi tersebut dilaksanakan dengan berdoa dan menyantap ketupat bersama-sama. Lebaran topat memiliki filosofi bagi masyarakat Lombok.

Berikut 4 fakta menarik tentang tradisi lebaran topat di Lombok:

ADVERTISEMENT

1. Apa itu Lebaran Topat?

Lebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat MaknaLebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat Makna Foto: iStock

Kata 'topat' dalam bahasa Sasak artinya adalah ketupat. Jadi, lebaran topat dapat diartikan sebagai lebaran ketupat. Lebaran topat merupakan tradisi makan ketupat yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tradisi yang satu ini sudah dilakukan secara turun temurun. Biasanya lebaran topat dilaksanakan setelah hari raya Idul Fitri, tepatnya seminggu setelah Idul Fitri.

Lebaran topat juga bisa dilaksanakan setelah menunaikan puasa sunnah Syawal selama 6 hari berturut-turut. Masyarakat Lombok mengenal tradisi ini dengan sebutan lebaran kedua. Dalam tradisi ini, masyarakat melakukan serangkaian agenda.

Baca Juga : Tradisi Makan Ketupat saat Lebaran Sudah Dimulai Sejak Abad 15

2. Agenda Berziarah ke Makam

Lebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat MaknaLebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat Makna Foto: iStock/detikcom

Salah satu agenda yang dilakukan dalam tradisi lebaran topat adalah mengunjungi makam untuk berziarah. Di sana masyarakat Lombok mendoakan agoota keliarga ataupun leluhur penyebar agam Islam di Lombok.

Berziarah dilakukan pada pagi hari, biasanya lokasi makam pada saat lebaran tobat dipadati oleh masyarakat setempat. Biasanya makam yang sering dikunjungi adalah makan Bintaro dan makam Loang Baloq.

Selain berdoa, masyarakat juga mencuci kepala mereka dengan air yang telah disediakan. Hal tersebut dimaksudkan agar mereka mendapat keberkahan.

Kemudian, ada juga tradisi mencukur rambut anak bayi. Tradisi tersebut diyakini akan menjadikan bayi tersebut menjadi anak yangsholeh dansholehah dan menjadi orang yang berhasil saat dewasa.

3. Mengunjungi Pantai dan Berebut Ketupat Raksasa

Lebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat MaknaLebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat Makna Foto: detikcom

Setelah selesai ke pemakaman, masyarakat Lombok kemudian berpindah tempat ke tempat-tempat rekreasi seperti taman atau pantai. Namun, yang paling sering dijadikan titik kumpul adalah pantai.

Di sana, masyarakat sudah membawa bekal berupa makanan ketupat lengkap dengan lauknya. Maka tak heran suasana pantai di Lombok saat lebaran topat sangat ramai oleh wisatawan lokal.

Salah satu pantai yang menjadi destinasi adalah pantai Lombok Senggigi. Selain makan bekal yang telah dibawa, di sana juga tersedia ketupat raksasa atau disebut juga ketupat agung.

Jadi, ratusan ketupat dibentuk menggunung. Saat itulah, masyarakat setempat berebut ketupat tersebut. Sebelum perebutan ketupat, Bupati setempat dipersilahkan mengambil terlebih dahulu sebagai simbol tradisi.

4. Filosofi Lebatan Topat

Lebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat MaknaLebaran Topat, Tradisi Makan Ketupat di Lombok yang Sarat Makna Foto: iStock/detikcom

Setiap tradisi di suatu tempat pasti memiliki filosofi. Begitupun dengan tradisi lebaran topat. Topat atau ketupat sendiri merupakan simbol perayaan hari raya Islam di Jawa sejak pemerintah Demak pada awal abad ke-15.

Pada lebaran topat, ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Sementara anyaman daun kelapa melambangkan tentang kompleksitas masyarakat yang harus diikat dengan tali silaturahmi.

Bentuk ketupat yang jajar genjang persegi diceritakan sebagai arah kiblat atau mata angin. Beras menggambarkan nafsu birahi. Jadi, lebaran topat berarti menyambut keberhasilan muslim menjaga nafsunya.

Baca Juga : Tradisi Lebaran di Palestina, Bikin Cookies hingga Sarapan Ikan Fesikh

Halaman 3 dari 2
(raf/adr)

Hide Ads